Perkembangan ilmu pengethuan yang begitu pesat berbanding lurus juga dengan cepatnya perkembangan teknologi, dan perkembangan teknologi juga dapat menopang berkembangnya sians. Keduanya bagaikan organisme biologis yang saling bersimbiosis secara mutualisme. Mereka tidak bisa berkembang tatkala salah satu darinya mengalami stagnasi.
Namun begitu, perkembangan sains dan teknologi ini tidaklah merata, alias terjadi ketimpangan. Di belahan bumu yang satu mengalami perkembangan ilmu pengethuan dan teknologi (Iptek) yang begitu pesat, namun di belahan bumi lain justru mengalami stagnasi. Konsekuensi dari hal ini adalah akan terdapat korban dari cepatnya lajuh perkembangan Iptek, dan tentu saja yang akan merasakan hal ini ialah mereka yang mengalami stagnasi dalam Iptek.
Dalam hal perkembangan teknologi telekomunikasi misanya, bidang yang paling cepat mengalami perkembangan di era ini ialah bidang yang bernaung di bawah telekomunikasi. Kita dapat melihat hal tersebut pada perkembangan teknologi smartphone. Sebagian besar dari kita pasti sudah tidak menampikan lagi bahwa smartphone banyak mengalami perkembangan yang begitu pesat.
Kita di sini hanya penonton dan penikmat dari pesatnya perkembangan teknologi telekomunikasi tersebut. Hal itu menandakan bahwa bangsa kita adalah bangsa yang sedang mengalami stagnasi dalam Iptek, dan seperti yang saya sebut bahwa bagi mereka yang mengalami stagnasi akan menjadi korban dari perkembangan teknologi. Hal itu sudah sangat jelas terlihat dampaknya. Bagi mereka yang pandai memanfaatkan teknologi, akan banyak mendapatkan berbagai kemudahan dan keuntungan, namun sebaliknya, mereka yang gagap hanya memanfaatkan kemajuan ini sebatas untuk kepentingan hal-hal yang sangat amat remeh-temeh. Penggunaan Tik Tok misalnya, aplikasi yang dikembangkan di Cina ini begitu populer di negeri kita. Entah bagaimana aplikasi ini membuat orang-orang di negeri rela untuk mempertontonkan kebodohannya di depan umum.
Sebagian besar dari pengguna Tik Tok ialah anak-anak dan anak muda Indonesia. Anak muda yang seharunya mengisi keseharian mereka dengan banyak menimbah ilmu atau aktivitas lain yang bisa mematangkan mereka, justru bermain dengan hal-hal yang amat remeh seperti Tik Tok. Tik Tok sendiri merupakan sebuah aplikasi yang dikembangkan oleh Zhang Yiming, yang juga merupakan pendiri Toutiao. Tik Tok ini dalam bahasa Cina dikenal juga dengan sebutan “Douyin” yang secara literal bermakna penggetar video pendek.
Menurut Business Insider Singapore yang mengutip dari Sensor Tower, pada kuarter pertama tahun 2018, aplikasi Tik Tok diunduh oleh 45,8 juta pengguna. Dikutip dari Jing Daily yang merupakan salah satu situs berita kenamaan di Cina, bahwa pengguna Tik Tok sampai bulan Juni 2018 mencapai total 150 juta pengguna. Anak muda Indonesia merupakan salah satu pengguna terbanyak aplikasi ini.
Menurut SPV Bytedance, Zhen Liu, yang dikutip dari Kompas mengatakan bahwa pengguna Tik Tok di Indonesia mencapai angka 10 juta pengguna. Bytedance sendiri merupakan perusahaan yang menaungi Tik Tok. Perusahan tersebut juga menanamkan modal pada aplikasi berita asal Indonesia, BABE.
Liu juga mengatakan bahwa komunitas pengguna Tik Tok di Indonesia bertumbuh secara positif, yang berarti selalu mengalami tren peningkatan. Maka tidak heran jika pasc Kominfo mengumumkan pembelokiran 8 DNS aplikasi ini di Indonesia, segera setelahnya tim dari Tik Tok–termasuk Zhen Liu–bertandang ke Indonesia untuk melobi Kominfo. Terbukti, lobi tersebut membuahkan hasil, akhirnya pada 10 Juli kemarin, Tik Tok kembali bisa dinikmati oleh pengguna di Indonesia.
Kembali ke pokok permasalahan, bagi negara-negara yang mengalami stagnasi perkembangan Iptek seperti negeri ini, fenomena Tik Tok seperti saat ini dikemudian hari akan terus ada. Ia hanya akan bertrasformasi menjadi denagn aktor yang berbeda. Namun secara konteks, masih permasalahan yang sama. Oleh karena itu, dibuthkan peran pemerintah dan juga masyarakat (termasuk kita di dalamnya) untuk ikut meningkatkan dan mendorong pekembangan Ipetek di negari ini. Karena konsekuensinya akan sangat berat jika kita terus-menerus mengalami stagnasi dalam ranah sains dan teknologi.
MIS