sekulerisasi Islam

Sekulerisasi Bukan Sebuah Cara Membangkitkan Islam

Posted on

“Dan hendaklah kamu semua memutuskan hukum di antara mereka menurut apa yang telah diturunkan oleh Allah (Al-Quran) dan jangan menuruti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah jangan sampai mereka mempengaruhimu untuk meninggalkan sebagian apa yang diturunkan oleh Allah kepadamu” (QS.Al-Maidah: 49)

Perdebatan yang tak kunjung selesai di dalam dunia Islam sejak kemrosotan peradaban ini ialah “Bagaimana Islam bangkit?“. Kebangkitan Islam yang benar-benar bangkit, bukan kebangkitan temporal maupun fiktif. Islam layaknya sebuah raksasa yang saat ini sedang tertidur lelap, dahulu Islam pernah terbangun dan menguasai sebagai wilayah di bumi dengan kemakmuran. Saat ini raksasa-raksasa seperti Amerika dengan peradaban Baratnya dan China sebagai representasi raksasa dari timur sedang saling berebut kekuasaan dan pengaruh, dan tentu saja meninggalkan Islam jauh tertinggal dan terpuruk.

Tools Broadcast WhatsApp

Meskipun secara kalkulasi di atas kertas, China tentu saja jauh dari kata pantas untuk bisa menandingi Amerika. Hal ini disebabkan pengaruh Amerika yang merupakan representasi raksasa dari Barat dan pengusung ide-ide Barat jauh lebih kuat dibandingkan pengaruh China. Kita tahu bahwa saat ini nilai-nilai Barat dianggapa sebagai nilai-nilai yang bersifat universal, maksudnya ialah bahwa standar benar dan salam atau dengan kata lain ukuran benar dan salah adalah nilai-nilai universal tersebut. Sedangkan China tidaklah demikian,nilai-nilai China hanya berkembang dan dianut oleh orang-orang di negaranya. Bahkan sebagaian orang-orang China justru terokuptasi oleh nilai-nilai universal yang disebarkan oleh Amerika.

Islam Raksasa Yang Tengah Terpuruk

Islam sebagai salah satu raksasa, saat ini tengah terpuruk. Umat Islam diombang-ambingkan oleh ketidakpastian yang merupakan dampak dari pemimpin-pemimpin dzolim di tengah mereka. Mereka seperti yang nabi sebuat layaknya sebuah buih di tengah-tengah lautan, meskipun berjumlah banyak namun tidak memiliki kekuatan apa-apa. Sebagaian besar negara-negara muslim (istilah untuk menyebut negara yang berpenduduk mayoritas beragama Islam) adalah negara yang terpuruk atau negara miskin.

Kemiskinan di negara-negara tersebut bukanlah kemiskinan yang alamiah namun lebih disebabkan terpuruknya mental dan pemikiran mereka. Hal ini dapat diliahat bahawa sebagian besar dari negara-negara tersebut merupakan negara yang seharusnya kaya karena memiliki kandungan sumber daya alam yang begitu melimpah. Namun dalam realitasnya, negara-negara tersebut justru terpuruk, maka jelas ada yang salah dengan hal ini.

Barat menganggap bahwa kebangkrutan negara-negara muslim disebabkan negara-negara ini enggan untuk meninggalkan Islam dan beralih untuk mengadopsi pemahaman-pemahaman Barat. Barat menilai dunia Islam akan bangkit jika mereka mau untuk meninggalkan doktrin-doktrin agama mereka dan mencontek Barat untuk segera melakukan sekulerisasi dalam kehidupan masayarakat Islam. Bagi mereka yang telah terjajah secara mental oleh Barat akan dengan senang hati dan menganggap wacana tersebut merupakan gagasan yang sangat relevan untuk diterapkan dalam kehidupan masayarakat Islam.

Orang-orang seperti ini akan mengagung-agungkan prinsip-prinsip Barat karena melihat realitas bahwa Barat berhasil bangkit dengan cara meninggalkan agama dan menaruhnya di sudut terjauh dari dunia, baik ekonomi, politik-pemerintahan, maupun sosial-budaya. Orang-orang seperti ini hanyalah orang-orang inferior yang merasa rendah tatkala prinsip-prinsip Islam dibenturkan dengan prinsip mapan Barat. Mereka akan dengan polos mengadopsi pemikiran Barat dan berusaha dipersatukan dengan prinsip Islam.

Salah satu orang yang bermental seperti ini ialah bapak pendiri bangsa Turki, Mustofa Kemal Pasha. Ia berpemahaman bahawa untuk membawa negaranya maju maka dibutuhkan revolusi yang mengubah Kekhilafahan Ottoman menjadi negara sekuler Turki, yang tentu saja mencontek pengalaman Barat. Sejak bergantinya Ottoman menjadi negara Turki, daerah-daerah Islam lain pun mengikuti langkah Turki tersebut. Banyak dari negara-negara muslim saat ini yang menerapkan sekulerisasi di dalam sistem pemerintahannya, baik itu yang bersifat parsial maupun keseluruhan. Lalu apakah sekulerisasi ini merupakan obat dan metode yang ampuh untuk membangkitkan Islam atau dalam konteks ini muslim?

Sekulerisasi Cocokkah untuk diadopsi di dalam dunia Islam?

Seperti yang telah penulis singgung di awal tulisan ini, sekulerisasi merupakan cara dari Barat untuk lepas dari kungkungan agama yang sudah sejak lama mematikan perkembangan ilmu dan pengetahuan di Eropa, sehingga berdampak pada kejumudan berfikir bangsa Eropa. Namun benarkah sekulerisasi cocok untuk diadopsi di dalam dunia Islam? Islam sendiri merupakan agama yang sempurna, agama yang secara menyeleuruh mengatur kehidupan manusia di dunia ini, mulai dari hal yang terkecil, seperti membersihkan tubuh hingga pada hal-hal yang besar, yakini politik, ekonomi, hukum dan lainnya. Jadi ketika Islam berusaha dipisahkan dari kehidupan umat muslim, maka ruh dari Islam itu sendiri akan hilang, atau dengan kata lain Islam hanya ada di permukaan saja, tidak menyentuh hingga ke akar kehidupan umat Islam.

sekulerisasi

Klaim tentang kemajuan Islam bisa diusahakan menggunakan proses sekulerisasi adalah sebuah klaim yang bagi penulis sangat ahistoris. Mengapa demikian? Memang benar Eropa bangkit setelah melakukan proses sekulerisasi dalam kehidupan mereka, namun perlu diingat bahwa kondisi Eropa sebelum sekulerisasi merupakan kondisi yang mengondisikan masyarakat Eropa pada kemunduaran. Hal ini terjadi disebabkan pemerintah (dalam hal ini imperium Roma) membuat masyarakat Eropat jumud karena mematikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Namun sebaliknya, saat dunia Islam menggunakan Islam sebagai landasan dalam setiap aktivitas kehidupan muslim, keadaan dunia Islam justru dalam masa kegemilangan. Dunia Islam justru mengalami kejayaan di saat Eropa berada dalam kegelapan yang begitu parah. Islam pada saat itu sungguh menguasai dunia, raksasa itu begitu kuat sehingga ditakuti oleh lawan-lawannya.

Namun demikian, meskipun Islam adalah sebuah raksasa yang kuat kala itu, hal ini tidak menjadikan Islam sebagai raksasa yang semenah-menah untuk menindas. Kehiduapan dalam Islam di masa itu jauh dari kata intoleran, justru toleransi dijunjung tinggi oleh umat Islam di masa itu. Tentu saja toleransi yang dimaksud adalah toleransi yang sesuai dengan pemahaman Islam bukan Barat.

Selain disebabkan oleh hal-hal di atas, ketidaksesuaian ide sekulerisasi dengan prinsip Islam juga dikarenakan ide tentang sekulerisasi ini sudah jelas hanyalah jubah yang digunakan oleh Barat untuk memporak-porandakan peradaban Islam. Serangan mereka bukan hanya menggunakian kekuatan-kekuatan yang bersifat fisik, seperti militer, serangan yang lebih dasyat justru serangan yang menggunakan ide atau gagasan yang dipenetrasi kepada umat Islam di seluaruh dunia ini.

Ide atau gagasan-gagasan ini digunakan untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya, ide tersebut salah satunya ialah sekulerisme. Di dalam sekulerisme gagasan pemisahan antara politik dan agama begitu kuat dan bahkan menjadi ruh dari ide ini. Padahal menurut Imam Ghzali:

“Agama dan kekuasaan adalah seperti dua orang saudara kembar, keduanya tidak bisa dipisahkan. Jika salah satu tidak ada, maka yang lain tidak akan berdiri secara sempurna. Agama adalah pondasi sementara kekuasaan adalah penjaganya. Segala sesuatu tanpa adanya pondasi akan rusak dan jika tidak dijaga, ia akan hilang”

Maka di sini sudah jelas kiranya bahwa sekulerisasi bukanlah sebuah ide atau paham yang bisa mengantarkan Islam dan umatnya ke dalam sebuah kemajuan dan membangkitkan sang raksasa yang sedang tertidur pulas. Sekulerisme berusaha di infiltrasi oleh Barat tak lebih dari hanya untuk mengaburkan kita pada solusi perubahan yang sesungguhnya. Maka pantas kiranya jika tulisan selanjutnya akan penulis bahas mengenai bagaimana metode yang seharusnya dilakukan untuk membangkitkan sang raksasa. [Yopi Makdori]

 

virol tools instagram