islam dan ilmu pengetahuan

Islam dan Ilmu Pengetahuan

Posted on

Ini adalah pembahasan yang sampai sekarang masih menjadi diskursus di tengah-tengah umat Islam di hampir seluruh dunia oleh mereka yang concern terhadap masalah ilmu pengetahuan. Sepertinya sudah tidak ada lagi perdebatan lagi tentang kontribusi kecendekiawan ilmuan muslim dalam sejarah dunia, baik dalam masalah sains ataupun ilmu sosial. Ibnu Sina sudah menjadi inspirasi dalam bidang kedokteran hingga saat ini. Ibnu Khaldun dan Abu Ubaid menjadi pijakan oleh pemikir ekonomi barat dalam mencetuskan gagasan dalam ilmu ekonomi mereka.

Eropa dalam sejarahnya dikenal pernah mengalami masa yang disebut dengan “the decline of science and knowledge” karena kemundurannya dalam ilmu pengetahuan. Masa ini menurut Morotowitz menggambarkan kesenjangan di dalam sejarah pemikiran sebagai “the history of black hole”. Sedangkan Schumpeter mengatakan dengan istilah “the great gap”. Hal ini disebabkan pada satu sisi dunia Islam sedang mengalami masa kejayaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Nicholas Reseher menyatakan pada abad ke-12 dan ke-13, periode pertama pencerahan Eropa, tulisan filsafat Arab memberikan pengaruh stimulatif yang signifikan pada sintesis besar Kristen Aristotalianisme oleh St. Albert the Great dan St. Thomas Aquinas.

Tools Broadcast WhatsApp

Mencoba melihat apa yang pernah disampaikan oleh Albert Einstein “Religion without science is blind, Science without religion is lame” menunjukkan bahwa pada dasarnya tidak perlu ada dikotomi antara agama sebagai fundamental value of life dengan sciences baik berkaitan dengan alam ataupun gejala sosial. Khususnya bagi Islam, yang notabene adalah agama yang sempurna dan menyempurnakan. Jika digali dengan keteguhan untuk mencari jawaban atas problematika hidup ternyata manusia akan menyimpulkan bahwa semua ada dalam Islam. Perbincangan sekarang bukanlah pada apakah ilmu itu terpisah dari Islam atau tidak. Wacana yang harus dikembangkan semestinya adalah bagaimana kemudian ilmu pengetahuan yang lahir dari espitemologi Islam secara utuh.

Sudah tidak perlu lagi mendiskusikan tentang dikotomi Islam dengan ilmu pengetahuan. Lebih baik energi yang ada digunakan untuk menyusun body of knowledge yang berdasar dari paradigma Islam. Jangan sampai ada kesimpulan yang mengatakan bahwa Islam tidak bisa memberikan posisi terhadap ilmu pengetahuan.

mendudukan agama dan ilmu pengetahuan

Ilmu Pengetahuan Sekarang Lahir dari Sekulerisma?

Memang benar bahwa ilmu pengetahun yang berkambang saat ini lahir dari proses yang dilewati oleh sekularisasi dunia barat setelah abad pertengahan. Mereka tercerahkan dan terbangkitkan setelah panjangnya proses yang dilakukan dalam menemukan jawaban atas keresahan intelektualitas pada saat itu. Para cendekiawan eropa saat itu ingin melepaskan diri dari dominasi dan kesewenangan otoritas agama menjadi terpisah dan berdiri sendiri. Lahirlah kemudian dunia modern di dunia barat yang menandai adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kemudian menjadi hegemoni bagi kehidupan manusia saat ini.

Sehingga, para sarjana muslim di era kontemporer ini khususnya merasa perlu untuk memberikan pengertian yang tepat kepada masyarakat Islam di seluruh dunia tentang respon terhadap ilmu pengetahuan yang sebagian besar lahir dari dunia barat. Dari hasil pembacaan yang ada muncul beragam respon yang diberikan oleh ilmuan muslim terhadap hal tersebut. Ada yang mengatakan bahwa segala ilmu pengetahuan yang lahir dari barat pada dasarnya lahir dari worldview yang tidak bebas nilai. Menurutnya bahwa sains yang ada pasti mempunyai nilai di dalamnya yang bukan berasal dari paradigma keilmuan Islam. Oleh karena itu perlu adanya proses Islamization of Knowledge terhadap segala ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini.

Berbeda dengan respon di atas, ada sebagaian sarjana muslim menyatakan bahwa ilmu pengetahuan pada dasarnya secara substansi itu bebas nilai. Bahwa ada motivasi dari si penemu atau pengguna dari ilmu pengetahuan, maka tidak menghilangkan netralitas pada substansi material dari suatu ilmu pengetahuan. Mereka ingin mengatakan bahwa tidak perlu ada islamisasi di dalamnya sebab sains itu netral dan bisa dimasukkan dalam kerangka utuh sistem kehidupan bagi umat Islam. Pandangan ini sering disebut sebagai Scientification of Islam.

Melihat adanya dialektika di atas, rasanya penting mengingatkan kembali komentar Imam Al-Ghazali tentang ilmu. Singkatnya beliau mengungkapkan bahwa bagi umat Islam ada ilmu yang bersifat fardhu ‘ain adan pula yang bersifat fardhu kifayah. Juga disampaikan oleh Ibnu Khaldun yang mengatakan bahwa ada al’Uluum al Aqliyyah dan al ‘Uluum an Naqliyyah. Dari sini, paling tidak menurut penulis ketika berbicara tentang ilmu pengetahuan dan teknologi, secara kategori bisa dimasukkan dalam al ‘Uluum an Naqliyyah dan secara hukum fiqh adalah fardhu kifayah bagi umat Islam.

Mendudukan Islam dan Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada saat ini ataupun di masa yang akan datang tentunya tidak akan pernah lepas dari seorang muslim di dalam menjalankan kehidupannya. Maksudnya adalah bahwa dalam proses menjalankan kehidupan, umat Islam memerlukan segenap pengetahuan dan teknologi di dalamnya untuk membantu proses ‘ubudiyyah dan kewajiban sebagai hamba Allah ta’ala. Maka, hubungannya dengan apa yang disampaikan oleh Al-Ghazali, bisa jadi ilmu pengetahuan berikut teknologi yang ada, bagi umat Islam menjadi bagian yang harus dicari dan bahkan digunakan dalam rangka menjadi sarana ibadah umat Islam.

Penjelasan lain yang lebih jelas disampaikan oleh salah seorang ulama bernama Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani ketika membahas permasalaha ilmu pengetahuan berikut teknologi. Beliau membuat beberapa invention luar biasa dengan istilah seperti ‘ilmu (sains/science) dan tsaqafah. Adanya kedua istilah tersebut dirasa bisa menjawab kebimbangan perdebatan antara hubungan Islam dengan ilmu pengetahuan yang berkembang selama ini. Didefinisikan oleh beliau bahwa ‘ilmu adalah pengetahuan (ma’rifah atau knowledge) yang diperoleh melalui metode pengamatan (observation), percobaan (experiment) dan penarikan fakta kesimpulan dari fakta empiris (inference). Sedangkan tsaqafah adalah pengetahuan yang diperoleh melalui metode pemberitahuan/pemberitaan (al ikhbar), penyampaian transmisional (at talaqqiy) dan penyimpulan dari pemikiran (istimbath). Dari sini berdampak pada beberapa hal yaitu bahwa ‘ilmu berasal dari metode ilmiah dan bebas nilai serta universal. Adapun tsaqafah secara epistemologi bukan berasal dari metode ilmiah dan tidak bebas nilai yang artinya terikat dengan nilai worldview tertentu. Allahu a’lam. [Lutfi S. Hidayat]

virol tools instagram