Drama penangkapan Setya Novanto atau SN kembali terulang, seperti biasanya ia kembali dirawat di Rumah Sakit tatkala ia hendak ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Novanto dikenal sebagai pejabat tinggi negeri ini yang begitu licin tatkala tersandung kasus korupsi. Ia sering kali terkait dalam kasus korupsi, bukan hanya dalam kasus E-KTP ini saja, sebelumnya ia pernah terseret dalam beberapa kasusu korupsi besar lain, seperti Cessie Bank Bali, “papa minta Saham”, dan terakhir skandal E-KTP ini, yang merugikan negara triliunan rupiah.
Berkat aksinya yang sering kali lolos dari jeratan hukum itulah akhirnya membuat dirinya menjadi “common enemy” di tengah-tengah rakyat Indonesia. Buktinya, setelah ia berhasil lolos dari jeratan hukum yang menimpanya dalam kasus korupsi E-KTP, seketika banyak meme yang menggambarkan (menyindir) kehebatannya untuk selalu lolos dalam jeratan hukum yang sudah sering menyeretnya itu. hal ini bukan tanpa alasan, masyarakat Indonesia sudah begitu geram dengan setiap tindakan korupsi yang dilakukan oleh aparat tinggi negara. Mereka menganggap bahwa kesengsaraan yang banyak menimpa sebagian besar masayarakat Indonesia ini disebabkan oleh korupsi yang dilakukan oleh apartur-aparatur pemerintahan mereka. Mereka tidak bisa berbuat banyak selain membuat sebuah stire untuk menekan lembaga yang berwenang supaya serius dan tidak kenal gentar dalam mengusut kasus korupsi di negeri ini.
Namun Novanto memang Novanto, setelah ia lolos dari tuduhan korupsi E-KTP,ia justru menyeret mereka yang dengan masif menyindir kemampuan dia untuk selalu lolos dari jeratan hukum. Ada beberapa akun media sosial yang dilaporkan oleh dirinya ke polisi. Namun belum diketahui perkembangan selanjutnya.
Saat ini Novanto kembali ditetapkan sebagai tersangka atas dugaan keterlibatannya dalam kasus korupsi E-KTP. Namun sayang ia mesti kembali ke Rumah Sakit. Pihaknya mengklaim bahwa Novanto mengalami kecelakaan saat ia hendak menyerahkan diri ke KPK. Dirinya dikabarkan bahwa mengalami kecelakaan karena menabrak taing listrik di pinggir jalan. Tentu saja publik tidak percaya dengan hal tersebut, drama Novanto menurut rakyat negeri ini terlalu murahan dan mudah ditebak alurnya. Akhirnya publik yang marah terhadap sandiwaranya tersebut kembali membuat meme dan berbagai tulisan yang sengaja menyindir dirinya.
Dari citra seorang politikus, seketika ia bertransformasi menjadi simbol humor di bangsa ini. Memang benar, ternyata hukum sosial lebih pedih dibandingkan hukum negara. Bagaimana tidak, nama Novanto sudah terasosiasi dengan tindakan korupsi dan hal ini tentu saja akan teringat terus oleh bangsa Indonesia.
Entah sampai kapan Novanto akan sadar bahwa dia bukanlah seorang pelawak. Cukup sudah menjadi bahan lelucon bangsa ini, Anda adalah seorang ketua DPR yang tentu saja terhormat, maka bersikaplah layaknya seorang yang terhormat, bersikaplah layaknya seorang kesatria. Hadapi apa yang telah Anda lakukan, sudah cukup Anda terus bersandiwara di negeri ini. Jika Anda benar-benar tidak bersalah, maka hadapilah dengan jantan tuduhan-tuduhan KPK yang ditunjukan kepada Anda. Janganlah gentar sedikit pun karena pada akhirnya kebenaranlah yang akan selalu menang. Jika bukan kebenaran yang menang, maka Anda harus ingat bahwa itu bukanlah sebuah akhir yang sesungguhnya. Karena kebenaran selalu menang di akhir sebuah episode kehidupan ini. Maka yakinkan diri Anda bahwa Anda benar-benar berdiri pada barisan orang-orang yang benar. Jika tidak, hukuman Allah SWT akan sangat berat bagi Anda. Allah SWT berfirman:
“Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.”
Maka takutlah kepada Allah SWT Tuhan semesta alam. Karena Dialah sang pengahncur kedzoliman dan kebatilan di muka bumi ini. [Muhammad Iskandar S.]