MENGAPA KITA HARUS MEMBANTU KORBAN PERANG SURIAH?

Posted on

Al Liwa Organizer

Suriah telah dirundung perang salama 7 tahun ini. Sejak fenomena “Arab Spring”, negeri ini hingga sekarang diluluhlantakan oleh parang yang berkecamuk tanpa henti. Pada awalnya konflik yang terjadi di Suriah dipicu oleh hal yang sepele, yakni pada 29 April 2011 sekelompok anak-anak menuliskan kalimat “The Government must go!” atau “Pemerintah harus turun!” di dinding sekolahnya. Tidak lama kemudian para anak tersebut (15 anak) ditahan oleh Pemerintah Suriah. Selain ditahan, bocah-bocah tersebut juga disiksa, hingga salah seorang dari mereka meninggal. Peristiwa tersebut akhirnya berujung pada munculnya glombang demostrasi yang lebih besar oleh warga Suriah. Glombang demostrasi tersebut direspon oleh rezim Bashar al Assad dengan membunuh dan menangkap para demostran, hingga akhirnya membesar dan berujung pada peperangan sampai saat ini.

Tools Broadcast WhatsApp

Pada awalnya konflik yang terjadi di sana bukanlah konflik sektarian, namun karena pasukan al Assad sebagaian besar merupakan Syiah Alawi dan para demostran merupakan Sunni, maka konflik ini pun seketika bertrasformasi menjadi konflik sektarian. Hingga akhirnya bermunculan berbagai aktor dalam konflik tersebut, seperti Free Syrian Army (FSA), ISIS, Rusia, Iran, Barat, dan organisasi pemberontakan lainnya (belum lagi dilibatkanya tentara bayaran atau “mercenaries”). Banyaknya aktor yang terlibat di sana membuat semakin rumitnya konflik di Suriah. Namun begitu, warga sipillah yang akhirnya menjadi korban paling parah dalam parang tersebut.

Menurut laporan Syran Network for Human Rights–salah satu non-governmental organization (NGO) berbasisi di Inggris yang memonitoring HAM dalam konflik Suriah–menyatakan bahwa sejak konflik di sana dimulai (15 Maret 2011), sudah sebanyak lebih dari 350 ribu orang meninggal, dan 217 ribunya merupakan warga sipil. Selain itu, sebanyak lebih dari 5,6 juta penduduk Suriah menjadi pengungsi di negara lain, seperti Turki, Mesir, Lebanon, Iraq, dan Jordan. Sedangkan sejumlah lebih dari 6 juta merupakan pengungsi dalam negeri Suriah.

Dalam kondisi perang yang sedang berkecamuk, segala sendi kehidupan jelaslah lumpuh, seperti halnya ekonomi, pertanian, pemerintahan, aktivitas produksi dan lain sebagainya. Lumpuhnya sendi-sendi kehidupan ini mengakibatkan penduduk Suriah begitu membutuhkan bantuan dari negara lain. Saat oprasi militer rezim al Assad di Ghouta Timur yang terjadi baru-baru ini misalnya, sejak 19 Februari, lebih dari seribu orang telah terbunuh di daerah tersebut. Setap harinya berton-ton bom dijatuhkan pasukan Pemerintah Suriah ke wilayah ini. Bahkan pasukan al Assad juga kerap kali menergetkan fasilitas-fasilitas kesehatan di wilayah tersebut. Maka otomatis berbagai aktivitas seketika lumpuh, hal ini akhirnya membuat warga Ghouta begitu memerlukan bantuan dari pihak lain untuk menopang kehidupan mereka.

Anda bisa bayangkan, saat ini Suriah tengah dilanda musim dingin yang cukup ekstrim. Di tengah-tengah ganasnya perang dan musim dingin yang ekstrim hanya ada dua cara bagi mereka untuk mati, yakni mati karena bom dari pesukan Suriah atau kelaparan di tengah-tengah cuaca dingin yang begiu ekstrim. Meskipun sudah terjadi kesepakatan genjatan senjata antara berbagai pihak di sana, namun pesawat-pesawat pengebom milil rezim al Assad masih konsisten menjalankan tugasnya di atas langit Ghouta Timur.

Saat ini banyak dari penduduk Suriah yang kehilangan sanak saudarnya, anak kehilangan orang tuanya, orang tau kehilangan anak-anaknya, istri kehilangan suaminya, dan suami kehilangan istrinya. Mereka juga tengah dirundung kelaparan karena efek perang yang melumpuhkan berbagai sendi kehidupan di sana. Akhirnya satu-satunya harapan bagi mereka ialah mengandalkan bantuan internasional. Maka sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk peduli kepada saudara-saudara kita di Suriah, terlebih lagi bagi kita yang dikaruniai kelebihan harta, maka sudah selayknya membantu para korban perang di sana dengan hartanya. Karena untuk membantu mereka tidak perlu kita menjadi seorang muslim, cukuplah bagi kita menjadi manusia niscaya kita tergerak untuk membantu mereka. Namun jika kita masih diam dengan kondisi mereka di sana, maka patutlah kita bertanya kepada diri kita “masihkah aku seorang manusia?”.

virol tools instagram