Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memvoting sebuah draf resolusi terkait penolakan atas klaim AS terhadap status Jerusalem. Draf resolusi yang diajukan oleh Mesir tersebut berisi penolakan atas klaim AS yang akan memindahkan keduataannya ke Jerusalem dan mengakui kota tersebut sebagai ibu kota Israel. Majelis Umum PBB berhasil melolosakan draf tersebut menjadi resolusi pada Kamis, 21 Desember 2017 lalu dengan total voting mencapai 128 negara yang sepakat, 9 menolak, dan 35 negara memilih absten [1].
Sebelumnya pada 20 Desember 2017, perwakilan resmi AS di PBB, Nikki Haley menyatakan bahwa pihaknya akan mencatat negara-negara yang sepakat dengan draf resolusi tersebut [2]. Dai juga mengatakan bahwa Presiden AS, Donald Trump mengawasi voting di badan tersebut. Begitu pula dengan Trump, Presiden AS itu menyatakan bahwa pemerintahannya akan memutus bantuan luar negeri kepada negara-negara yang tidak mendukung AS dalam sidang itu [3]. Diketahui bahwa di tahun 2017 seja AS mengalokasikan anggaran belanja negaranya untuk bantuan luar negeri mencapai nilai U$D 44,3 miliar. Banyak negara-negara muslim yang menikmati bantuan dari AS tersebut, tak terkecuali Indonesia. Tahun ini Indonesia direncanakan mendapatkan bantuan dari AS sebesar U$D 133,3 juta. Negara muslim yang mendapatkan bantuan paling besar dari AS justru Mesir, negara yang mengajukan draf resolusi melawan klaim AS atas status Jerusalem, yakini mencapai angka U$D 1,4 miliar [4].
Bantuan tersebut tentu saja belum termasuk bantuan yang mereka terima dari lembaga pendonor lain yang di mana AS mengendalikan keputusan yang diambil di dalamnya. Lembaga-lembaga tersebut seperti IMF dan Bank Dunia yang mana saham AS dalam organisasi pendonor tersebut begitu besar. Maka dengan besarnya saham itu membuat Amerika memiliki akses yang penuh dalam organ tersebut dan tentunya keputusan yang di buat di dalam organ-organ itu akan sarat dengan kepentingan AS. Keputusan yang dimaksud ialah keputusan tentang pengalokasiaan bantuan kepada negara mana saja beserta besaran nilanya.
Lalu bagimana sikap Mesir selaku negara muslim paling besar menerima bantuan AS atas ancaman AS yang akan memutus bantuan luar negerinya bagi negara-negara yang melawan AS dalam sidang di PBB kemarin? Mesir dan negara muslim pada umumnya akan merasa ketar-ketir atas ancaman presiden AS itu. Di satu sisi mereka pasti menginginkan bahwa rakyat mereka yang tentunya sebagian besar beragama Islam bisa bersimpati kepada pemerintahannya. Hal ini terjadi karena isu Palestina merupakan isu yang sensitif bagi umat Islam, sudah tidak ada lagi perdebatan di antara negara-negara muslim tentang keberpihakanya kepada rakyat Palestina. Maka tak heran jika isu Palestina ini serang dipakai oleh pemerintah negara-negara muslim untuk menarik simpati rakyatnya.
Di sisi lain, mereka (negara muslim) ketakutan jika bantuan dari AS harus diputus. Itulah dilema yang dihadapi oleh negara-negara muslim, terutama Mesir saat ini. Mesir memang sudah sejak lama menerima glontoran dana yang begitu besar dari Amerika. Banyak faktor yang membuat suatu negara mendapatkan bantuan dari AS, salah satunya ialah negara itu beraliansi dengan AS. Tak terkecuali bagi Mesir, negara ini menjalin hubungan baik dengan AS sejak Perjanjian Camp David 1978 yang berhasil menjaga perdamaian dengan Israel.
Mesir dipersepsikan oleh AS sebagai salah satu aktor vital dunia Arab, selain Saudi dan Iran untuk mengumandangkan konfrontasi melawan Israel. Maka dengan dibungkamnya Mesir dengan gelontoran dana dari AS berimplikasi pada minimnya kemungkinan negara itu untuk berkonfrontasi melawan sahabat AS di wilayah itu, Israel. Selain itu, bantuan AS kepada Mesir juga membuat negara itu bisa ikut berpartisipasi bersama AS untuk memerangi terorisme dan para pemberontak. Setidaknya itulah yang dikatakan oleh Robert Springborg, seorang pakar Timur Tengah dari Italian Institute of International Affairs kepada Al Jazeera [5].
Kita lihat apakah AS benar-benar akan memutus bantuannya kepada negara-negara yang melawannya dalam sidang di Majelis Umum PBB Kamis kemarin, ataukah itu hanya sekedar ancaman belaka. Jika benar, maka apakah Mesir akan tetap bertahan pada posisi keberpihakanya kepada bangsa Israel. Bahkan bukan hanya Mesir, seluruh negara muslim, termasuk Indonesia apakah negara-negara itu akan tetap bertahan berdiri di posisinya meskipun bantuan yang mengalir dari AS ke negaranya terputus. Waktulah yang akan menjawabnya.
Kita berharap semoga negara-negara muslim itu secara murni mendukung kemerdekaan bangsa Palestina. Bukan seperti yang penulis pikirkan yang menganggap bahwa negara-negara muslim tersebut mendukung perjuangan bangsa Palestina hanya untuk mendulang simpati dari rakyatnya belaka.
Sumber
[1] U.N. votes to declare Trump’s Jerusalem decision “null and void”
Share Tweet Reddit Flipboard Email. https://www.cbsnews.com/news/un-jerusalem-vote-general-assembly/
[2] US will ‘take names of those who vote to reject Jerusalem recognition’. https://www.theguardian.com/us-news/2017/dec/20/us-take-names-united-nations-vote-to-reject-jerusalem-recognition
[3] Trump threatens to cut aid to countries over UN Jerusalem vote. https://www.theguardian.com/us-news/2017/dec/20/donald-trump-threat-cut-aid-un-jerusalem-vote
[4] Map of Foreign Assistance World Wide. https://www.foreignassistance.gov/explore
[5] Why US aid to Egypt is never under threat. http://www.aljazeera.com/news/2017/10/aid-egypt-threat-171002093316209.html