Ust. Adul Somad sempat dihadang dan ditolak ceramah di Denpasar Bali oleh Ormas yang mengklaim dirinya cinta NKRI pada Jum’at, 8 Desember 2017. Namun meskipun demikian, pengajian yang diadakan di Masjid An-nur Sanglah, Jalan Diponegoro Nomor 167, Sanglah Denpasar pukul 20.00 WITA itu tidak dibatalkan. Hal itu terlihat dari siaran langsung oleh salah satu jamaah di Denpasar bali yang bernama Dedy Gokilz di hari yang sama.
Siaran langsungnya tersebut juga terlihat ratusan umat muslim hadir untuk menyaksikan ceramah dai kondang tersebut.
Seperti diketahui Ust. Somad akan berada dua hari di Bali untuk syiar Islam di sana. Ceramah pertama dimulai pada Jumat, 8 Desember kemarin. Sedangkan esoknya, Sabtu 9 Desember, Ust. Somad akan berceramah pukul 04.30 WITA di Masjid Baitturrahmah, Kampungjawa, Wanasari Denpasar.
Dalam acara tersebut, turut hadir pula Ida Cokorda Pemecuran XI selaku Raja dari Puri Pemecutan Denpasar. Ia menyampaikan bahwa umat Hindu dan Islam di Bali sudah memiliki hubungan yang kuat sejak lama. Menurutnya juga sudah sejak lama umat Islam dan Hindu di Bali tak hanya hidup berdampingan, namun juga sudah seperti satu kesatuan.
“Kami dengan orang Muslim bukan sekarang saja (dekat), tapi secara darah kami sudah bersatu,” kata Cokorda, Minggu 10 Desember 2017.
Ida Cokorda Pemecutan XI hadir langsung dalam tabliq akbar yang diisi oleh Ustaz Abdul Somad. Ia merasa begitu sejuk mendengar petuah yang disampaikan oleh Ustaz Somad. Ia juga memaparkan bahwa dirinya melihat bahwa Kiai (Ustaz Somad) menyampaikan (ceramah) tidak ada perpecahan, malah guyub kita. Justru malah semakin mempererat persatuan sesuai keinginan para pendahulu kita. NKRI, Merah Putih sudah harga mati. Ini betul-betul disampaikan oleh Kiai (Ust. Somad).
Ida Cokorda Pemecuran XI juga mengajak semua pihak untuk menginterospeksi diri. Dirinya tak ingin isu-isu yang berkembang memudarkan semangat persaudaraan antara Hindu Bali dan umat Muslim yang sudah sejak lama terjalin di sana. Ia melanjutkan jika ada isu-isu yang tidak bertanggungjawab jangan sampai memecah kita. Rasa persaudaraan kita yang sudah sedarah ini jangan sampai dirusak oleh segelintir orang yang ingin atau memiliki ambisi untuk memecah belah kita, terang dia di saat yang sama. Sementara itu, Us. Abdul Somad sendiri tak menampik jika hubungan erat antara umat Hindu Bali dengan warga Muslim sudah lama terjalin di pulau tersebut. Ia meminta kepada semua pihak untuk tak terpancing oleh ulah segelintir oknum yang tujuannya memang ingin merusak semangat persaudaraan di Bali. Ust. Somad memaprkan bahwa ada isu-isu di Youtube, Twitter, WA, BBM dan lainnya jangan sampai ulah segelintir oknum (itu) merusak persaudaraan yang sudah kita bangun selama ini. Ia juga mendukung pernyataan Ida Cokorda Pemecuran XI, menurut Ust. Somad seandainya masyarakat Hindu Bali tidak toleran, mengusir ulama dan lain sebagainya, tidak mungkin ada 500 ribu lebih Muslim di Bali. Tidak mungkin Islam bisa bertahan selama 8 abad lebih di Pualau Dewata itu.
Ust. Abdul Somad juga menegaskan bahwa para provokator yang sempat melakukan persekusi terhadap dirinya tak hanya merusak dirinya saja, tetapi juga umat Hindu Bali yang selama ini dikenal terbuka bagi semua elemen masyarakat. Ust. Somad mencontohkan bagaimana umat Hindu dan Muslim Bali bersatu-padu meski berbeda keyakinan dan aqidah. Ia memberikan contoh bahwa di Ubud (Gianyar), Bali ada pondok Alquran yang justru sebagian tempatnya disediakan oleh saudara kita dari Hindu. Hal ini justru orang di tempat lain meniru bagaimana masyarakat Bali bisa bertenggang rasa, tepo seliro berlapang dada untuk menerima yang berbeda keyakinan dengan mereka. Kalau ada fitnah, isu, seyogyanya tabayyun dulu, tidak serta merta mengambil kesimpulan, terang Ust. Abdul Somad. Ia melanjutkan, apalagi sosial media dewasa ini sungguh luar biasa. Ia menyampaikan rasa syukur bahwa dirinya bisa duduk berdampingan dengan Raja, orang yang dihormati dalam struktur masyarakat Bali. Hal tersebut merupakan suatu kehormatan bagi dirinya.
Ust. Abdul Somad berharap bahwa kunjungannya ke Bali itu tak menimbulkan kontroversi berkepanjangan. Sejak awal ia menegaskan ingin hadir di tengah-tengah umat Muslim Bali untuk memupuk rasa persaudaraan sesama anak bangsa di sana. Ia mengungkapkan, kalau kedatangan dirinya ini bisa merekat yang putus, menyatukan yang patah, menyambung yang retak saya akan datang, namun jika malah memecah belah lebih baik saya tidak datang. Ia juga mengucapkan syukur bahwa kedatangannya dapat memupuk persaudaraan antar-sesama Muslim maupun Muslim dengan saudara kita sebangsa dan setanah air.
Maka memang benar seperti apa yang dikatakan oleh Ust. Adul Somad, mereka para preman pasukan nasi bungkus kerap kali mengklaim bahwa pihaknyalah yang paling nasionalis dan cinta NKRI, padahal merekalah kelompok yang paling intoleran di negeri ini. Maka dari itu, kita sebagai umat muslim jaganlah terprovokasi oleh ualah para provokator pasukan nasi bungkus tersebut.
Saat kembali dari Bali, Ust. Abdul Somad disambut masyarakat Melayu di Riau. Menurutnya, meski dipersekusi, dia tetap menolak berikrar di depan orang-orang yang tidak punya legalitas dan otoritas. Menurutnya, tidak perlu ada yang meragukan kecintaannya terhadap Indonesia. Tapi dia tidak ingin ada preman yang mendikte dirinya. Maka begitu, ia minta pemerintah dapat menjaga para ulama. Dirinya berujar bahwa ia hanya tidak mau didikte di depan preman-preman nasi bungkus, itu yang Ust. Somad tidak mau. Untuk kedepannya, Ust. Abdul Somad hendak menyatakan bahwa pemerintah harus menjaga ulama kalau tidak umat akan mengamuk. [MIS]