Kamis kemarin merupakan tepat hari di mana borok bagi kemanusiaan bercokol. 11 Januari 2018 merupakan tepat 16 tahun kemp penahanan Guantanamo yang terletak di Kuba telah dioprasikan oleh Amerika Serikat (AS). Kemp ini digunakan untuk menahan para terduga terorisme dari seluruh dunia yang berhasil ditangkap oleh AS tanpa melalui proses pengadilan. Kemp ini terletak di wilayah kedaulatan Kuba, namun atas dasar Platt Amandement yang disepakati oleh AS dan Kuba akhirnya membuat wilayah ini di bawah kendali oprasi AS. Guantanamo pada awalnya difungsikan oleh AS sebagai fasilitas militer, namun kemudian dialihfungsikan sebagai kemp detinasi bagi para terduga teroris tanpa sama sekali melalui proses pengadilan.
Pada 11 Januari 2002, AS mengubah Guantanamo menjadi borok bagi peradaban. Saat itu setidaknya 780 orang tahanan dipenjarakan di sana, sedangkan saat ini tingga tersisa 42 orang yang mana 31 di antaranya telah dipenjara di sana lebih dari satu dekade tanpa pernah terbukti melakukan tindakan krimianal apapun. Kemp detinasi ini merupakan bentuk respon dari Presiden George W. Bush atas pristiwa serangan teroris yang menyerang negaranya kala itu–dikenal dengan peristiwa 9/11.
Berbagai penolakan atas berdirinya kemp detinasi tersebut begitu sering disuarakan, baik oleh komunitas internasional maupun oleh warga Amerika sendiri. Namun meskipun begitu, Pemerintah AS seakan tuli atas berbagai desakan tersebut. Bukan tanpa alasan banyak pihak yang mendesak Pemerintah Amerika untuk menutup kemp detinasi tersebut, pasalnya kemp tersebut tidak sesuai dengan apa yang selama ini Amerika promosikan ke seluruh dunia, yakini nilai-nilai liberal universal. Kemp tersebut jelas mencederai nilai-nilai kemanusiaan, yakini tidak melalui proses pengadilan dan juga terjadi penyiksaan yang keji di dalam kemp tersebut. Hal ini bukan berarti saya mendukung nilai-nilai liberal yang kerap kali mengklaim bahwa dirinya merupakan nilai universal. Dalam pandangan Islampun, prilaku yang ditunjukan oleh AS di Kemp Guantanamo sama sekali tidak dibenarkan. Islam mempunyai aturan untuk memperlakukan tawanan karena Islam menjunjung nilai kemanusiaan, namun bukan kemanusiaan ala Barat yang sangat hipokrit.
Sebelumnya pada era kepemimpinan Presiden Barrack Obama, wacana penutupan kemp tahanan ini begitu kuat, hingga pada akhirnya Presiden Obama berjanji akan menutup kemp detinasi yang melanggar nilai-nilai kemanusiaan yang selama ini Amerika ekspor ke seluruh dunia. Di bawah kepemimpinan Obama, AS telah melepaskan sejumlah 196 orang tahanan dari neraka Guantanamo. Namun begitu, Presiden Obama tidak bisa menepati janjinya, kamp itu belum juga ditutup hingga detik ini.
Dari total jumlah tahanan yang masih ditahan di kemp detinasi tersebut, 11 di antaranya berasal dari Yaman, delapan dari Saudi, empat dari Pakistan, dan sisanya dari Palestina, Libya, Iraq, Somalia, Maroko, Aljeria, Indonesia, Afghanistan, Kenya, Malaysia, dan Uni Emirats Arab. Berikut daftar nama-nama tahanan yang masih mendekap di kemp detinasi tersebut:
1. Uthman Abdul Rahim Mohammed Uthman (Yemen)
2. Muaz Al Alawi (Yemen)
3. Ridah Bin Saleh al Yazidi (Tunisia)
4. Mohammed Al Qahtani (Saudi Arabia)
5. Khalid Ahmad Qasim (Yemen)
6. Abdul Latif Nasir (Morocco)
7. Muieen Adeen Al Sattar (UAE)
8. Suhayl Al Sharabi (Yemen)
9. Ghassan Al Sharbi (Saudi Arabia)
10. Abdul Razak Ali (Algeria)
11. Sufiyan Barhoumi (Algeria)
12. Ismael Ali Faraj Al Bakush (Libya)
13. Ahmed Muhammed Haza Al Darbi (Saudi Arabia)
14. Said Salih Said Nashir (Yemen)
15. Tawfiq Al Bihani (Saudi Arabia)
16. Omar Al Rammah (Yemen)
17. Saifullah Paracha (Pakistan)
18. Sanad Al Kazimi (Yemen)
20. Hassan Bin Attash (Saudi Arabia)
21. Abdu Ali Sharqawi (Yemen)
22. Abdul Rahim Ghulam Rabbani (Pakistan)
23. Mohammed Ghulam Rabbani (Pakistan)
24. Abdulsalam Al Hela (Yemen)
25. Mustafa Al Hawsawi (Saudi Arabia)
26. Ramzi Bin Al Shibh (Yemen)
27. Waleed Bin Attash (Saudi Arabia)
28. Abd Al Rahim Al Nashiri (Saudi Arabia)
29. Zayn Al Abdeen Mohammed Al Hussein (Palestine-Saudi Arabia)
30. Faraj Al Libi (Libya)
31. Ammar Al Baluchi (Pakistan-Kuwait)
32. Riduan Isamuddin (Indonesia)
34. Majid Khan (Pakistan)
35. Modh Farik Bin Amin (Malaysia)
36. Mohammed Bin Lep (Malaysia)
37. Gouled Hassan Dourad (Somalia)
38. Khalid Sheikh Mohammed (Pakistan-Kuwait)
39. Mohammed Abdul Malik (Kenya)
40. Abd Al Hadi Al Iraqi (Iraq)
41. Haroon Al Afghani (Afghanistan)
42. Muhammad Rahim (Afghanistan)
Kemp Guantanamo merupakan borok yang masih bercokol kokoh bagi kemanusiaan. Wacana untuk menutup kemp detinasi ini bukan berarti dukungan terhadap nilai-nilai liberal, namun lebih kepada bentuk dari sikap menjunjung martabat kemanusiaan yang di Islam juga telah diajarkan.
Muhammad Iskandar Syah