Baca Sebelumnya Larangan Cadar di Barat II
Padahal selama ini negara Belanda dikenal sebagai salah satu negara yang paling toleran di Eropa. Meskipun demikian, terjadi sejumlah insiden yang ketegangan rasial di negara itu, termasuk yang terjadi beberapa tahun silam tentang pembunuhan pembuat film kontroversial, yakni Theo van Gogh oleh kelompok ekstremis pada 2006 lalu. New York Times (media Amerika) menyebutnya sebagai kritikus Islam. Ia juga menerbitkan buku berjudul “Allah Knows Better.”
Jerman Juga Ikut Diskriminatif
Angela Merkel sebagai Kanselir Jerman saat ini mengeluarkan pernyataan yang sangat disayangkan bagi kita sebagai umat Islam. Ia diketahu menyerukan kepada warganya untuk tidak mengenakan cadar, kain penutup kepala atau muka bagi perempuan di negara itu.
Seperti dilansir dari CNN, Selasa (6/12), Merkel saat berpidato di depan Partai Uni Demokratik Kristen (Christian Democratic Union-CDU) ia mengatakan bahwa, “Cadar penuh tidak sesuai di sini, itu seharusnya dilarang dimana pun yang secara hukum memungkinkan. Itu bukan milik kita.” Pernyataan Merkel yang tidak mencerminkan nilai demokrasi seperti yang selama ini negara itu usung tersebut disambut dengan riuh tepuk tangan para hadirin kala itu.
Pernyataan tersebut bukan pertama kali saat pemimpin partai Jerman mengusulkan larangan busana muslim tersebut (cadar dan niqab). Sebelumnya pada bulan Agustus tahun lalu, Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maiziere juga menyerukan agar jilbab dilarang di tempat-tempat publik di negara itu. Kala itu Thomas mengatakan, “Itu tidak sesuai dengan masyarakat untuk kami, untuk komunikasi kami, untuk kohesi kami di masyarakat. Itu sebabnya kami menuntuk anda menunjukan wajah,.”
Seruan ini begitu serupa dengan larangan yang terjadi di Perancis, Belgia, Swiss, dan juga di negara-negara yang seperti telah di sebutkan di atas. Cannes misalnya, sebuah kota di Perancis yang terkenal dengan festival film tahunannya itu telah melarang sementara baju renang muslim, yang dikenal juga dengan julukan Burqini, untuk digunakan di tempat-tempat umum.
Tepat pada bulan April 2011 lul, negara Napoleon ini menjadi negara pertama di Eropa yang melarang warganya untuk mengenakan Burqa, penutuh seluruh tubuh, dan juga cadar di depan publik. Bagi mereka yang melanggar akan didenda sekitar US$205 atau diwajibkan melakukan pelayanan publik.
Komentar Merkel tersebut datang beberapa mingg setelah mengumumkan akan berpartisipasi dalam pemilu keempat dirinya yang berlangsung pada depan. Merkel memperkirakan bahwa kampanye 2017 akan menjadi kampanye tersulit bagi dirinya selama ini. Kanselir Jerman itu telah membuat marah banyak pemilih dengan keputusannya membuka perbatasan Jerman bagi para imigran dari Timur Tengah, yakni zona perang di Timur Tengah. Pada September lalu, partainya juga menderita kekalahan yang signifikan dalam pemilihan lokal di negara Panser tersebut.
Penyebab lain yang juga membuat persaingan pemilu 2017 berat karena sebagaian besar pemilih Jerman akan mencari stabilitas di tengah ketidakpastian setelah pemilihan Brexit di Inggris, gan juga pemilihan Donald Trump di Amerika Serikat pada 2016 lalu, dan juga meningkatnya gerakan populis di tengah-tengah negara Eropa beberapa tahun terakhir ini.
Selesai
[CNN INDONESIA]