Yaman merupakan negara miskin yang memiliki tetangga negara-negara kaya minyak, seperti Arab Saudi, Oman dan Uni Emirat Arab. Negara miskin ini berbatasan langsung dengan Laut Arab Merah yang juga merupakan jalur perdagangan utama yang menghubungkan dunia Barat dan Dunia Timur di Asia.
Meskipun posisinya strategis, Yaman bukanlah negara yang sejahterah. Ia hanya negara miskin yang dipaksa untuk menyaksikan gemerlapnya ulah kapitalisme di negara-negara tetangganya.
Sejak Maret 2014, negara ini mengalami gonjang-ganjing politik tatkala kelompok Houthi merebut Istana di Sana’a. Sejak saat itu juga, Arab Saudi dan koalisi negara Liga Arab (Arab League) ikut turut campur dalam konflik sipil di Yaman.
Ikut campurnya negara-negara Liga Arab bukan berniat untuk meringankan penderitaan penduduk Yaman. Justru sebaliknya, ulah Arab Saudi dan kawan-kawan koalisi Liga Arabnya malah semakin membuat penduduk Yaman di sana amat menderita.
Saudi dan koalisinya mengebom Yaman secara membabi-buta tanpa mempertimbangkan apakah sasaran mereka adal perkampungan, objek vital, tempat ibadah dan yang lainnya. Saudi secara sporadis menggempur suatu tempat yang menurut mereka merupakan basisi-basisi militan Houthi.
Akhirnya, atas ulahnya tersebut banyak dari warga Yaman yang tidak berdosa (warga sipil) meninggal dalam konfil di sana. Lebih parah lagi, Saudi juga tega untuk melakukan blokade laut terhadap penduduk Yaman.
Saudi dan koalisi mengklaim bahwa langkah tersebut merupakan upaya kelompoknya untuk menghentikan pasokan persenjataan Houthi yang diselundupkan dari Iran. Namun efeknya yang dilakukan koalisi pimpinan Saudi tersebut sungguh memperihatinkan, banyak di antara warga Yaman yang menderita kelaparan dan gizi buruk atau malnutrisi.
Yaman sendiri merupan negara dengan wilayah geografis yang sebagian besar gersang dan sulit untuk ditanami tanaman pangan. Hal itulah yang mengakibatkan negara ini begitu besar bergantung pada impor. Dengan diblokadenya jalur laut yang merupakan jalur impor utama Yaman, maka kelaparan tidak bisa dihindarkan.
Efek serangan Saudi juga menyebabkan merebaknya wabah kolera di negara itu. Hal ini dikarenakan Saudi kerap kali meneyarang fasilitas sanitasi dan air bersih negara itu. Hal inilah yang memicu wabah kolera menyebar begitu cepat di sana.
Mengapa sedikit mendapatkan Perhatian?
Meskipun menurut PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), sejak awal konflik di negara itu mencuat hingga saat ini, jumlah korban telah mencapai 10 ribu orang (menurut banyak aktivis kemanusiaan loka di sana angkanya bisa jauh lebih banyak dari itu), namun konflik di sana seakan tidak terdengar gaungnya. Media-media Barat jarang untuk memberitakan koflik di Yaman, kalaupun ada intensitasnya begitu kecil jika dibandingkan dengan isu yang sama di wilayah berbeda (Suriah misalnya).
Minimnya pemberitaan media internasional–terutama media Barat–membuat media lokal yang pada dasarnya hanya mengutip dari media-media tersebut juga ikut sedikit memberitakan Perang Yaman. Sedikitnya pemberitaan tersebut,baik media internasional maupun lokal–membuat sedikit publik yang menyadari terjadinya perang di Yaman.