Sudah lebih dari tiga tahun perang di Yaman berkecamuk. Perang yang telah menelan lebih dari 10 ribu jiwa tersebut sampai saat ini belum ada titik terang akan berhenti. Kondisi justru mengatakan sebaliknya, perang di sana akan berkecamuk lebih lama, mengingat Arab Saudi sebagai komandan Liga Arab masih memiliki nafsu yang kuat untuk menghancurkan seluruh pemberontak Houthi di wilayah tersebut.
Perang di Yaman merupakan perang yang terjadi antara kelompok Houthi yang kerap kali dipersepsikan sebagai kepanjangan tangan kepantingan Iran di Yaman melawan pemerintah Yaman yang didukung Liga Arab di bawah komando Arab Saudi. Saat Houthi berhasil menduduki Ibukota Yaman, Sana’a, presiden Yaman Ali Mansur Hadi melarikan diri ke Aden dan untuk beberapa waktu menetap di sana. Namun kondisi semakin memburuk, akhirnya pada Maret 2015, Hadi melarikan diri untuk meminta suaka kepada Arab Saudi selaku sekutu terdekatnya. Pada saat kedatangan Hadi, tepat di hari yang sama Liga Arab memutuskan untuk melakukan oprasi militer ke Yaman di bawah preteks untuk mengembalikan pemerintahan yang sah.
Dalih seperti itu berusaha Saudi artikulasikan ke seluruh komunitas internasional, terutama komunitas Barat. Namun, untuk ke komunitas muslim–terutama muslim sunni–Saudi menggunakan dalih yang berbeda. Mereka (Liga Arab) menjelaskan kepada dunia muslim bahawa perang yang sedang mereka lakukan di Yaman merupakan bentuk dari upaya mereka untuk menghalau pengaruh Iran dengan nafsu menyebarkan paham Syiahnya di wilayah tersebut. Propaganda yang dilakukan oleh Saudi kepada dunia muslim nampaknya berhasil, hal ini dapat dilihat dari sedikitnya–bahkan hampir tidak ada–umat Islam yang demo di depan kedutaan Arab Saudi untuk meminta kerajaan tersebut supaya berhenti berperang di Yaman.
Padahal menurut berbagai laporan yang terpercaya bahwa oprasi militer Saudi dan koalisinya di Yaman banyak menyasar fasilitas warga sipil (antara salah sasaran atau memang di sengaja), seperti pasar, fasilitas kesahatan, jalan, bahkan dalam acara pemakaman. Pesawat tempur Saudi yang secara brutal menyasar berbagai fasilitas warga sipil di Yaman tentu saja berdampak begitu luas, salah satunya adalah banyak berjatuhannya warga sipil sebagai korban jiwa dalam perang tersebut. Saudi seakan tidak mengindahkan konsensus hukum prang yang menyatakan bahwa dilarang menyerang fasilitas warga sipil, apalagi sampai membunuh ribuan warga sipil di sana. Hal tersebut tentu saja telah melanggar hukum humaniterian internasional dan membuat Saudi dan koalisinya telah melakukan kejahatan perang dalam perang tersebut.
Meskipun Arab Saudi selama ini dipersepsikan sebagai wajah dunia Islam, namun dalam tidak-tanduknya–terutama dalam perang di Yaman–sama sekali tidak mencerminkan wajah Islam sedikitpun. Mereka secara brutal tanpa belas kasihan membantai warga sipil di sana. Mereka menggalang dukungan kepada dunia Islam bahwa mereka tengah berperang untuk menghalau pengaruh Iran dengan paham Syiahnya. Maka tidak heran jika apapun yang dilakukan oleh Saudi dalam perang ini terhadap warga Yaman tidak mendapat penolakan yang berarti dari umat Islam di selauruh dunia. Padahal apa yang sedang Saudi dan koalisinya lakukan di sana tidak lebih dari hanya kepentingan politik pragmatis mereka, dan sama sekali tidak berhubungan dengan semangat Saudi untuk menjaga Islam.
Sudah saatnya umat Islam sadar dengan apa yang sebenarnya tengah Saudi lakukan di Yaman. Banyak dari saudara-saudara kita di sana yang dibantai oleh pesawat-pesawat tempur Saudi dan koalisi Liga Arabnya. Selain melakukan pembantaian secara langsung dengan pengeboman melalui jalur udara, Saudi juga melakukan pembantaian secara perlahan dengan membelokade berbagai pelabuhan utama di negeri itu, sehingga mengakibatkan berbagai bantuan yang dibutuhkan oleh rakyat Yaman tidak bisa didistribusikan. Padahal dalam kondisi perang seperti saat ini, harapan utama warga Yaman ialah datangnya bantuan untuk meringankan beban mereka.
Efek tidak bisa masuknya berbagai bantuan internasional ke wilayah Yaman membuat rakyat Yaman terdampak kelaparan. Saat ini, menurut PBB sebanyak lebih dari 21 juta penduduk Yaman dalam kondisi membutuhkan. Efek kelaparan ini juga diperparah dengan merebaknya wabah kolera di sana. Wabah ini meluas karena ulah dari pesawat-pesawat pengeboman Saudi yang diarahkan untuk mengebom fasilitas air bersih dan sanitasi di sana. Rusaknya berbagai fasilitas tersebut–termasuk fasilitas kesehatan–membuat wabah kolera semakin meluas, ditambah lagi penanganan bagi mereka yang sudah terjangkit wabah tersebut tidaklah memadai. Hal tersebut tentu saja disebabkan oleh rusaknya berbagai fasilitas kesehatan dan blokade yang diterapkan oleh Saudi terhadap negara itu sehingga bantuan obat-obatan yang begitu dibutuhkan untuk menyembuhkan mereka yang telah terjangkit penyakit di sana, tidak bisa sampai ke tempat tujuan. Oleh karena itu, mari satukan barisan untuk membela muslim Yaman atas agresi Saudi terhadap wilayah tersebut. Mereka sama dengan saudara-saudara kita di Rohingya, Suriah, Somalia, Afghanistan dan lain sebagainya, yakni tengah menagalami pnederitaan yang begitu berat.
Yopi Makdori