Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Gaung akan Islam moderat nampaknya begitu keras didengungkan oleh berbagai kalangan di negeri ini. Mulai dari para intelektual, aktivis, tokoh agama, politisi dan lainnya. Mereka mengklaim bahwa Islam moderat adalah representasi dari wajah Islam yang sesungguhnya. Sejak peristiwa 9/11, yaitu sebuah peristiwa besar dibomnya menara kembar World Trade Center (WTC), New York dan gedung pertahanan Amerika Serikat (AS), Pentagon pada 11 September 2001, wajah Islam terlihat penuh borok dan berdarah-darah. Barat dengan medianya yang akhirnya mengontuksikan sebuah persepsi di kepala orang-orang di dunia,terutama mereka yang berada di peradaban Barat bahwa Islam merupakan agama teror, Islam merupakan agama yang terbelakang, dan persepsi-persepsi buruk lainnya.
Menurut Barat, mereka yang memegang teguh prinsip-prinsip Islam yang termaktub di dalam Al Quran dan Hadis merupakan seorang radikal-ekstrimis, maka menurut mereka dibutuhkan Islam yang lebih mengakomodir nilai Barat dengan tetap menggunakan identitas Islam supaya Islam bisa terbebas dari klaim sebagai agama teror. Kemudian proyeksi Barat atas keinginanya melihat umat Islam supaya mengadopsi nilai-nilai yang mereka klaim sebagai nilai universal, dimunculkanya wacana akan Islam moderat dan narasi atau wacana ini semakin menguat setelah peristiwa 9/11 tersebut karena dorongan dari dalam komunitas muslim sendiri atas penolakan klaim dari komunitas Barat yang menganggap bahwa Islam merupakan agama teror.
Islam moderat dikontruksi untuk beroposisi biner dengan kelompok ekstrimis, hal ini bukanlah tanpa alasan. Barat ingin mengondisikan supaya umat Islam di dunia ini merapat dan tentu saja mengemban prinsip-prinsip Islam moderat. Karena tentu saja paham ekstrimis ini bertolak belakang dengan Islam dan Barat seakan mengatakan bahwa jika kalian umat Islam tidak sepakat dengan ekstrimisme dan tindakan-tindakanya, maka ambilah Islam yang Barat kehendaki, yakini Islam moderat. Mereka sekan menutup kemungkinan adanya Islam jenis lain dengan wajah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah Muhammad SAW. Maka di sinilah tujuan sesungguhnya Barat untuk membenturkan Islam moderat dengan ekstrimisme dan menihilkan Islam yang sesuai dengan tuntunan Al Quran dan Hadis.
Lalu apakah sebenarnya Islam moderat itu?
Memang banyak sekali perdebatan menganai apa itu Islam moderat, baik di kalangan orientalis maupun di tubuh komunitas Islam itu sendiri. Batasan-batasannya belum digambarkan secara jelas dan bulat. Namun demikian, karena wacana Islam moderat digulirkan oleh Barat atau berasal dari rahim Barat, maka alangkah baiknya kita menyandarkan pemahaman atau konsepsi Islam moderat sebagaimana Barat memahaminya. Hal ini menurut penulis sangat masuk akal karena Islam moderat sendiri merupakan nafsu Barat untuk melihat Islam bisa selaras dengan tatanan yang telah mereka bangun.
Barat menhendaki bahwa Islam di dunia ini harus sesuai dan sejalan dengan prinsip-prinsip universal atau prinsip Barat, maka dimunculkanlah wacana Islam moderat. Berangkat dari asumsi tersebut maka yang di maksud Islam moderat menurut Barat adalah Islam yang mempunyai karakteristik sesuai dengan prinsip dan norma-norma Barat. Barat menginginkan Islam yang toleran dan mengadopsi pemahaman pluralisme, yakini Islam yang menganggap semua agama itu sama. Toleransi yang diemban oleh Barat tentu saja berbeda dengan toleransi yang dipahami di dalam Al Quran dan As Sunnah.
Konsepsi toleransi di dalam Islam ialah “Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku” yang termaktub di dalam surat Al Kafirun. Islam sudah pasti melarang anggapan bahwa semua agama itu sama karena Allah sendiri telah berfirman di dalam Al Quran bahwa “Sesungguhnya agama yang diridhoi di sisi Allah hanyalah Islam.” [Ali Imron: 19]. Dari sini jelas bahwa jika kita sebagai seorang muslim berpegang pada Al Quran dan Sunah, maka narasi terkait semua agama itu sama sudah secara mentah ditentang oleh Allah SWT.
Selain itu, Islam moderat menurut Barat adalah Islam yang senantiasa memupuk prinsip-prinsip kebebasan, kesetaraan, kemanusiaan dan prinsip-prinsip lainnya yang senantiasa Barat ekspor ke seluruh penjuru negeri muslim. Mereka berusaha menjadikan pemahaman umat Islam di seluruh dunia supaya sejalan dengan prinsip-prinsip tersebut dengan cara memaksakan untuk menginfiltrasi prinsip-prinsip mereka ke dalam pemikiran umat Islam tanpa memandang apakah prinsip tersebut sejalan dengan prinsip yang terdapat di dalam agama Islam itu sendiri.
Islam moderat menurut Barat
Islam moderat yang menurut Barat juga Islam yang memisahkan urusan dunia dan urusan akhirat. Artinya moderat menurut Barat adalah terdapat pemisahan anatar agama dan dunia, seakan keduanya itu salang bertolak belakang. Prinsip seperti ini sering kita sebut sebagai prinsip sekuler dan proses yang menunjukan hal ini disebut sebagai sekulerisasi. Prinsip sekuler ini merupakan trauma bangsa Eropa yang pernah mengalami masa kegelapan saat di bawah kekuasaan Gereja Roma. Kekuasaan gereja sendiri merupakan representasi dari kekuasaan agama Katolik yang menjadi agama resmi imperium Roma pada saat itu. Saat Eropa di bawah kekuasaan greja ini, perkembangan peradaban di sana lumpuh, kalau tak mau disebut mundur.
Ilmu pengetahuan seakan mati, begitu pula dengan perkembangan teknologi di sana. Namun setelah mereka (Eropa) berhasil meruntuhkan kekuasaan greja yang mencengkramnya begitu lama, maka terjadilah sebuah sekulerisasi di tengah-tengah peradaban Eropa. Setelah terjadinya sekulerisasi di sana, Eropa menjadi peradaban yang begitu gemilang. Dan pengalaman seperti ini berusaha mereka ekspor ke peradaban Islam. Makanya Barat sangat getol menginfiltrasi prinsip ini ke tengah-tengah umat Islam dengan jastifikasi untuk membangkitkan umat Islam dari keterpurukan, baik secara moral,politik-pemerintahan, hukum, Iptek (ilmu pengentahuan dan teknolog), dan tentu saja ekonomi.
Padahal kalau kita berkaca pada sejarah, kemajuan tertinggi umat Islam ialah saat mereka menyatukan agama dengan dunia, menggunakan agama sebagai ideologi pemerintahan. Kita dapat lihat saat bangsa Eropa dalam keadaan terpuruk (sering disebut sebagai zaman kegelapan), di saat yang sama Islam sedang menjalani kemajuan peradaban begitu pesat dangan penyebaran yang begitu luas. Namun saat prinsip ini banyak diemban oleh umat Islam, maka di saat itu pula peradaban Islam mengalami kemerosotan secara signifikan.
Maka dari sedikit penjelasan tersebut dapat kita baca corak moderat yang dimaksudkan oleh Barat supaya diemban dan dijalankan oleh umat Islam di seluruh Dunia, yakini:
- Moderat adalah mereka yang mengadopsi prinsip-prinsip Barat;
- Moderat adalah mereka yang meninggalakan Al Quaran dan As Sunnah sebagai rujukan;
- Moderat adalah mereka yang menginginkan Islam sesuai dengan perekembangan zaman dengan meninggalakan ulama-ulama terdahulu;
- Moderat adalah mereka yang menafisrkan firman Allah SWT dan Hadis Nabi Muhammad SAW sesuai dengan kepentingan dan nafsu mereka.
Maka, jikalau moderat yang dimaksud seperti di atas, tentu saja kita sebagai muslim harus secara tegas untuk menolaknya. Namun jika moderat yang dimaksud ialah merka (umat Islam) yang menolak tindakan terorisme dan ekstrimisme, maka tentu saja kita umat Islam menolak hal tersebut. Karena di dalam prinsip Islam itu sendiri tidak ada prinsip untuk melegitimasi untuk melakukan tindakan tersebut, apalagi yang dilakukan terhadap mereka yang tidak bersalah. [Yopi M]