Kisah Cinta Paling Indah di Muka Bumi

Posted on

Setiap manusia pasti memimpikan sebuah hubungan yang penuh dengan cinta dengan istri atau suami mereka. Cinta yang terus mekar tanpa memandang waktu, mungkin inilah yang kerap kali di sebut dengan cinta sejati. Cinta sejati dan kesetiaan mencintai sejatinya diukur setelah perkawinan. Cinta sejati ini bahkan lebih terbukti apabila orang yang kita cintai telah kepergi, namun kita masih setia untuk mencintainya.

Cinta sejati dan paling romantis sepanjang zamanF adalah cinta yang dimiliki oleh Nabi kita Muhammad SAW dengan Siti Khadija. Khadijah merupakan salah satu wanita paling mulia waktu itu, ia berasal dari keluarga yang begitu terhormat nan terpandang. Ia juga wanita yang begitu cantik dan memiliki kekayaan yang cukup banyak. Wanita yang begitu cantik berkulit putih bermata jelita juga saudagar yang banyak harta. Bekal inilah yang membuat dirinya menjadi seorang wanita yang terkemuka. Maka menikahinya akan menjadi prestasi yang hebat bagi setiap pria. Benar saja, kala itu beberapa pria paling menonjol dan kaya di masyarakat Arab telah meminta tangannya. Namun demikian, ia menolak semuanya.

Tools Broadcast WhatsApp

Berikut kisah cinta dua insan yang bitu mulia ini. Suatu hari, saat masih pagi buta, dengan penuh kegembiraan Khadijah pergi ke rumah seorang sepupunya yang bernama Waraqah bin Naufal. Di sana ia bercerita tentang sebuah mimpinya. Khadija berujar bahwa, “Tadi malam aku bermimpi sangat menakjubkan. Aku melihat matahari berputar-putar di atas kota Mekkah, lalu turun ke arah bumi. Ia semakin mendekat dan semakin mendekat. Aku terus memperhatikannya untuk melihat kemana ia turun. Ternyata ia turun dan memasuki rumahku. Cahayanya yang sangat agung itu membuatku tertegun. Lalu aku terbangun dari tidurku”. Kemudian sepupunya itu berkata, “Aku sampaikan berita gembira kepadamu, bahwa seorang lelaki agung dan mulia akan datang meminangmu. Ia memiliki kedudukan penting  yang semakin hari akan semakin meningkat”.

Benar saja, seorang lelaki kemudian masuk ke dalam hidupnya. Ia adalah Muhammad SAW, seorang pemuda yang pada saat itu masih berusia 25 tahun. Meskipun nabi juga adalah keluarga yang sangat mulia, namun ia adalah anak yatim dan bukan lelaki yang banyak gaya. Ia biasa mengurus seekor domba kurus menjadi sangat gemuk di perbukitan yang mengelilingi kota Mekka. Meskipun begitu, nabi memiliki karakter moral yang sempurna, dan dia dikenal luas sebagai salah satu orang paling jujur. Hal inilah yang membuat Khadija tertarik padanya, mengingat bahwa Khadija juga mencari seseorang yang jujur yang bisa menjalankan bisnisnya, karena dia—seorang wanita dalam masyarakat patriarki—tidak dapat melakukannya sendiri.

Maka untuk memastikan kejujurannya, Khadija bertanya kepada pelayannya, yang dia utus bersamanya (Muhammad) untuk berdagang, tentang dia dan tingkah lakunya. Pelayannya Khadija pun sangat takjub karena menurut dirinya nabi adalah pria paling baik dan paling lembut yang pernah dia temui. Tidak pernah dia memperlakukan sang pelayan dengan kasar, seperti yang dilakukan orang lain. Sang pelayan pun menceritakan bahwa saat mereka berjalan di tengah gurun yang panas, sang pelayan memperhatikan bahwa awan terus mengikuti mereka sepanjang waktu, melindungi mereka dari terik matahari. Tentu saja mendengar hal ini Khadija pun begitu terkesan dengan nabi dan semakin percaya bahwa nabi merupakn orang pilihan.

Namun tidak hanya sampai di situ, nabi juga terbukti menjadi pengusaha yang cerdik. Nabi mengambil barang dagangannya, menjualnya, dan dengan keuntungan membeli barang dagangan lain yang dijualnya lagi, sehingga menguntungkan menjadi dua kali lipat bagi Khadija. Melihat hal ini tentu saja bara cinta di hatinya yang dulu sempat padam, kemudian kembali membara, dan dia memutuskan untuk menikahi nabi yang 15 tahun lebih muda daripadanya. Maka, Khadija mulai berpikir bagaimana mendekatinya dengan cara yang santun, benar namun terhormat.

Kemudian ia mengirim saudara laki-lakinya kepada nabi. Sang saudara bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Kenapa kamu belum menikah?”. Nabi pun menjawab, “Karena kurang modal”.

Kemudian sudar Khadija melanjutkan, “Bagaimana jika aku menawarimu calon istri yang merupakan seorang bangsawan, cantik, dan ia juga kaya? Apakah kau tertarik?”. Lalu nabi menjawab dengan tegas, tapi ketika si saudara menyebutkan saudara perempuannya, nabi pun terkekeh takjub, lalu ia melanjutkan, “Bagaimana aku bisa menikahinya? Dia telah menolak orang-orang paling mulia di kota ini, jauh lebih kaya dan lebih menonjol daripada aku, seorang gembala yang miskin”. “Jangan khawatir,” ujar saudara sang saudara Khadija kepada nabi. Kemudian ia lanjutkan dengan menjawab, “Aku akan mengurusnya.”

Tidak lama sejak ssat it, Khadija sang wanita pengusaha kaya pun menikahi pegawainya yang masih muda, Nabi Muhammad SAW. Pernihakan ini merupakan awal dari salah satu pernikahan paling penuh cinta, bahagia, dan sakral dalam sepanjang sejarah umat manusia. Nabi Muhammad SAW dan Khadijah ketika mereka menikah, Nabi Muhammad SAW berusia 25 tahun, sedangkan Khadijah berusia 40 tahun. Namun, hal itu sama sekali bukan suatu masalah bagi kebahagiaan pernikahan mereka. Nabi mencintai Khadija, begitu pun dengan Khadijah sangat mencintai Nabi Muhammad SAW.

Pasangan paling bahagia ini menikah selama 25 tahun, dan Khadija melahirkan tujuh anaknya: 3 putra dan 4 anak perempuan. Namun sayang, semua anak laki-laki mereka meninggal di usia muda. Khadijah merupakan sumber cinta, kekuatan, dan kenyamanan bagi Nabi Muhammad SAW, dan dia juga sangat bersandar pada cinta dan dukungan ini pada malam terpenting dalam hidupnya,yakini tatkala nabi sedang bermeditasi di gua Hira, Malaikat Jibril (AS) mendatangi Nabi Muhammad SAW dan mengungkapkan kepadanya ayat-ayat pertama Quran dan menyatakan kepadanya bahwa dia akan menjadi seorang Nabi. Pengalaman itu begitu menakutkan bagi Nabi Muhammad SAW, dan dia berlari pulang, melompat ke tangan Khadijah sambil menangis, kemudian ia berkata, “Selimuti aku! Selimuti aku!”.

Saat itu Khadija begitu terkejut oleh gemetarnya nabi, dan setelah menenangkan dan menghiburnya untuk sementara waktu, Nabi mampu menenangkan diri dan menceritakan pengalamannya. Nabi takut dirinya kehilangan akal atau kesurupan. Namun, Khadijah berusah untuk menenangkan semua ketakutan nabi dan menyuruhnya untuk beristirahat. “Jangan khawatir,” ia berkata kepada nabi, “Demi Dia yang menguasai jiwa Khadijah, aku harap engkau akan menjadi nabi bagi umat ini. Allah tidak akan pernah mempermalukanmu, karena engkau baik kepada keluargamu, engkau selalu benar terhadap kata-katamu, engkau membantu mereka yang membutuhkan, engkau mendukung yang lemah, engkau memberi makan tamu dan engkau menjawab panggilan mereka yang dalam kesulitan.” Ujar Khadija lagi.

Khadija kemudian membawa nabi ke sepupunya, Waraqah ibn Naufal—seorang alim yang sangat paham kitab suci Injil—dan Waraqah menegaskan kepada Nabi SAW bahwa pengalamannya adalah Ilahi dan dia merupakan seorang Nabi Terakhir. Setelah kenabiannya dimulai, dan orang-orang menjadi keras dan brutal kepadanya, namun sang kekasih, Khadijah selalu ada untuk mendukung Nabi Muhammad SAW, mengorbankan semua kekayaannya untuk mendukung dakwah Islam. Ketika Nabi dan keluarganya dibuang ke perbukitan di luar kota Mekah, dia pergi ke sana bersamanya, selama tiga tahun penderitaan. Kemudian Khadijah meninggalkan Nabi pada periode ini (meninggal). Nabi Muhammad SAW sangat kehilangan terpukul atas peristiwa ini, bahkan setelah kepergiannya, Nabi Muhammad SAW akan mengirim makanan dan dukungan kepada teman dan kerabat Khadijah, karena cinta untuk istri pertamanya yang sangat besar.

Suatu waktu, setelah bertahun-tahun meninggalnya Khadijah, nabi menemukan sebuah kalung yang pernah dikenakan oleh istri yang paling dicintainya tersebut. Tatkala melihatnya, nabi mengingatnya dan mulai menangis dan bersedih. Cinta nabi kepada istrinya tersebut tidak pernah mati, sehingga Aisyah pernah merasa cemburu padanya. Pernah suatu waktu Aisyah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW apakah terkait Khadija, yakini apakah Khadija adalah satu-satunya wanita yang layak dicintai. Nabi pun menjawab, “Dia percaya padaku ketika tidak ada orang lain yang melakukannya; dia menerima Islam ketika orang menolakku; dan dia membantu dan menghiburku saat tidak ada orang lain yang bisa membantuku.” Selama Khadijah bersamanya, Nabi juga tidak pernah menikahi wanita lain karena saking cintanya nabi terhadap Khadija.

Demikianlah kisah sepasang kekasih paling mengharukan sepanjang peradaban umat manusia. Kita sebagai umatnya semoga bisa mengambil pelajaran dari kisah cinta tulus nan suci dari nabi kita Muhammad SAW ini. Kisah cintanya tak akan pernah lekang oleh zaman, bahkan lebih indah dibandingkan kisah-kisah cinta mana pun juga. [MIS]

virol tools instagram