pasukan muslim

Mengenal Mata-Mata Pertama Pasukan Muslim

Posted on

Dalam situasi yang konfliktual keberadaan seorang mata-mata sangatlah dibutuhkan. Hal ini supaya strategi yang akan dimainkan lawan bisa kita baca dengan cermat dan tepat. Begitupula dengan pasukan muslim saat zaman nabi Muhammad SAW. Ia adalah Hudzaifah ra seseorang yang terkenal dengan kecerdikannya. Disadur dari buku dengan judul “Himpunan Fadhilah Amal” karya Maulana Muhammad Zakariyya al-Kandahlawi Rah.a., bahwa dalam perang Khandak, umat Islam (terutama pasukan muslim) dihadapkan dalam situasi yang cukup dilematis. Di satu sisi, pasukan Muslim dihadapkan dengan orang-orang kafir Makkah yang dibantu oleh orang-orang kafir lainnya untuk menyerang pasukan muslim. Di sisi lainnya, mereka juga menghadapi Bani Quraidzah, yaitu kaum Yahudi Madinah, yang setiap saat siap menyerang jika Madinah kosong. Mereka tentunya akan menyerang keluarga kaum Muslimin juga.

Pada saat itu, pasukan Muslim sedang menghadapi pertempuran di luar kota Madinah. Orang-orang munafik kala itu meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk meninggalkan peperangan dengan berbagai alasan, yakini ada yang mengaku rumahnya kosong dan ada pula yang mengatakan bahwa keluargannya dalam keadaan bahaya. Namun demikian, Rasullah SAW tetap mengizinkan mereka.

Tools Broadcast WhatsApp

Berbarengan dengan hal tersebut, malam begitu gelap dan datang badai topan yang begitu dahsyat. Badai tersebut belum pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya, juga sesudahnya. Jangankan untuk melihat orang lain, melihat tangan sendiri pun tidak dapat, karena saking gelapnya. Halilintar pun sangat kuat menyambar diiringi gemuruh yang begitu keras. Orang-orang munafik, mereka semua segera melarikan diri ke rumahnya masing-masing.

Namun tidak demikian dengan kaum muslimin, mereka tersisa tinggal tiga ratus orang yang tetap berada di tempat itu. Karena melihat kondisi yang mencekam, Rasullah SAW pun menenangkan mereka satu persatu. Kemudian nabi lewat di hadapan Hudzaifah. Kala itu Hudzaifah tidak memiliki senjata unuk melawan musuh, ia juga tidak memiliki kain untuk berlindung dari udara dingin. Ia hanya mengenakan sedikit kain yang dapat menutupi anggota badan yang penting hingga ke lutut, dan itu pun milik istrinya. Ia duduk menelungkup di tanah, nabi pun bertanya kepadanya, ”Siapakah kamu,? Kemudian ia menjawab, “Hudzaifah.” Karena merasa dingin dan malu, ia pun tidak dapat berdiri dan tetap duduk terlengkup. Rasullah SAW lalu mengatakan, ”Hudzaifah, berdirilah! Pergilah ke tempat musuh, lalu bawalah berita yang sedang terjadi di sana.”

Meskipun saat itu Hudzaifah merasa begitu ketakutan, namun karena perintah itu datangnya dari Rasullah Muhammad SAW, akhirnya ia tidak bisa menolak. Demi menunaikan perintah Rasullah SAW, akhirnya ia segara pergi. Tatkala ia pergi, Rasullah SAW pun berdoa,”Ya Allah, jagalah ia dari arah depan, belakang, samping kanan, dan samping kiri, dari atas dan dari bawah.”

Setelah itu, Hudzaifah pun berkata, “Setelah Rasullah berdoa untukku, rasa takut langsung hilang dari diriku, begitu pula dingin yang ada pada diriku. Setiap melangkah, aku merasa seolah-olah berjalan dalam kehangatan. Rasullah SAW juga berpesan agar aku jangan melakukan apa pun yang terjadi, dan segera kembali lagi.”

Setibanya di tempat musuh, ia melihat api unggun yang sedang menyala. Orang-orag mengelilingi api unggun tersebut sambil memanaskan tangan mereka di dekat api itu, kemudian digosokkan ke perut mereka. Lalu tiba-tiba, dari berbagai penjuru terdengar seruan, “Kembali, kembali!” Setiap orang menyeru supaya pasukan segera kembali. Hal itu disebabkan karena saat itu tiba-tiba datang angin ribut dari empat arah, dengan hujan batu yang menghujani kemah-kemah mereka. Tali-tali kemah musuh pun banyak yang terputus, sedangkan kuda dan hewan lainnya banyak yang mati dan berhamburan.

Abu Sufyan (sebelum masuk Islam) yang pada saat itu sebagai pimpinan rombongan kaum kafir sedang memanaskan kedua tangannya di atas api. Dalam hati Hudzaifah ra pun berkata, “Inilah kesempatan yang terbaik bagiku untuk membinasakannya.” Ia seketika segera mengambil anak panah, lalu meletakannya ke busurnya. Namun demikian, Hudzaifah teringat akan pesan yang disampaikan oleh Rasullah SAW supaya ia tidak melakukan tindakan apa pun kecuai melihat keadaan saja, lalu segera kembali. Maka, ia pun masukkan kembali anak panah itu ke tempatnya. Orang-orang kafir ternyata mulai mencurigai kehadirannya. Mereka berkata “Adakah di antara kalian seorang mata-mata? Setiap orang hendaklah memegang tangan orang yang di sebelahnya.” Lalu orang di sebelahnya berkata, “Kamu siapa?” Jawab Hudzaifah, “Masa kamu tidak tahu siapa aku, aku ini fulan.” Lalu ia segera meninggalkan tempat itu.

Tatkala menempuh setengah perjalanan, Hudzaifah bertemu dengan serombongan penunggang kuda sekitar dua puluh orang yang semuanya memakai sorban. Mereka berkata kepada dirinya, ”Beritahukan kepada tuanmu bahwa Allah telah membereskan musuh-musuh itu, jadi tidak usah khawatir lagi.”

Ketika kembli ke kemah pasukan muslimin, Hudzaifah melihat Rasullah SAW sedang shalat dengan selimut di tubuhnya. Inilah kebiasaan Rasulullah yang mulia. Dalam keadaan genting, Beliau selalu bertawajuh dengan mendirikan shalat. Setelah selesai shalat, ia pun menceritakan kepada Rasulullah kejadian selama menjadi mata-mata tadi. Baginda nabi pun tersenyum dengan giginya yang cemerlang lalu ia disuruh berbaring di dekat kakinya yang Mulia, dan ia diselimuti dengan sebagian selimutnya. Lalu ia tempelkan dadanya ke telapak kaki Beliau SAW.

Begitulah kisah dari seorang mata-mata pertama yang dimiliki oleh kaum muslimin. Semoga kisah tersebut bisa semakin mendekatkan kita kepada perjungan untuk menegakan syariat Islam di bumi Allah ini. [MIS]

virol tools instagram