Dilaporkan oleh VOA Indonesia bahwa Lebih dari 150 anggota ISIS Afghanistan telah menyerahkan diri ke pasukan pemerintah Afghanistan pada Rabu, 1 Agustus lalu. Hl tersebut dikernakan menyusul kemungkinan adanya serangan lebih lanjut dari Taliban di provinsi Jawzjan, salah satu wilayah negara itu.
Kepala polisi provinsi itu, Jenderal Faqir Mohammad Jawzjani mengatakan bahwa sejumlah 152 militan ISIS menyerahkan telah diri, termasuk didalamnya adalah Habib-ul Rahman, yakni salah seorang pemimpin senior ISIS di Afghanistan Utara.
Kepala dewan propinsi Jawzjan, Abdul Hai Hayat mengatakan kepada VOA bahwa para militan itu menyerahkan diri setelah militan Taliban meningkatkan kekuatannya di dua distrik dalam beberapa pekan terakhir ini.
Perlu diketahui bahwa Taliban dan ISIS sama-sama berperang untuk menggulingkan pemerintah Afghanistan yang didukung Barat. Akan tetapi, mereka sangat tidak sejalan dalam beberapa hal, seperti kepemimpinan, ideologi dan taktik.
Kelompok militan Taliban telah mengatakan melalui sebuah pernyataan, mereka telah membunuh puluhan militan ISIS, dan juga menangkap lebih dari 130 lainnya di wilayah Jawzjan, sementara 17 anggota Taliban tewas dan 13 lainnya terluka.
Dalam sebuah kesempatan terpisah, Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Afghanistan telah mengatakan bahwa pegawai Organisasi Migrasi Internasional termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan terkoordinasi terhadap pusat penampungan pengungsi dan repratriasi di Jalalabad, yakni wilayah Afghanistan Timur pada Selasa (31/7).
PBB telah mengecam serangan yang menewaskan 15 orang dan melukai 15 lainnya tersebut. PBB juga telah mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pegawai yang tewas tersebut ialah merupakan seorang perempuan berusia 22 tahun, yang mana suaminya juga telah tewas dalam sebuah pemboman di Kabul, Afghanistan tiga tahun sebelumnya.
Pernyataan tersebut juga menyatakan bahwa perempuan itu tewas dengan meninggalkan seorang anak perempuan berusia 6 tahun.
Afganistan diketahui merupakan pusat dari militan Taliban sejak lama. Militan ini hendak menerapakan hukum Islam di wilayah Afganistan yang saat ini merupakan rezim sekuler buatan Barat. Namun begitu, usaha mereka juga diikuti oleh militan ISIS, namun karena berbagai faktor ketidak sesuaian, maka kedua kelompok tersebut saling berperang.