Beberapa waktu yang lalu dikabrkan bahwa Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan Yerusalem sebagai ibukota negara zionis Israel. Banyak pihak yang menilai bahwa kebijakan ini sekaligus membalik kebijakan luar negeri AS selama tujuh dekade terakhir. Kecamanpun dilontarkan oleh berbagai pihak dan elemen masayarakat internasional.
Solidaritas dari Berbagai Elemen
Pemimpin-pemimpin dunia muslim sudah dipastikan yang paling keras mengutuk kebijakan AS yang diprakarsai oleh Trump tersebut. Negara-negara Arab, Uni Eropa, Afrika, PBB, dan NGO-NGO internasional cukup vokal untuk mengecam pidato Presiden AS di Gedung Putih, Washington pada 6 Desember lalu. Kecaman dan kutukan ini bukanlah tanpa alasan, pasalnya kita telah ketahui bahwasanya kota Yarusalem merupakan kota suci bagi tiga agama semitik, yakini Islam, Kristen, dan Yahudi tentunya. Bagi umat muslim, Yarusalem adalah kiblat pertama mereka dan Masjid Agung Alaqsah yang merupakan tempat singgah Nabi Muhammad SAW sebelum ia melakukan isra mi’raj. Selain itu, muslim juga menganggap bahwa Yarusalem merupakan lambang perlawanan terhadap penjajahan bangsa Israel di wilayah tersebut. Oleh karena itu, status Yarusalem bukan hanya menyangkut kemenangan antara Israel atau Palestina, namun sudah memanjang menjadi kemenangan antara muslim dan Yahudi. Maka berangkat dari asumsi tersebut pantas kiranya pernyataan Trump tersebut membuat gaduh umat muslim di seluruh dunia ini.
Berbagai demonstrasi meluas ke seluruh dunia akibat pernyataan Trump tersebut. Bukan hanya umat muslim yang menolak hal tersebut, bahkan kelompok Yahudi ortodoxs pun turut serta menolak klaim Presiden Amerika Serikat yang terkenal anti-Islam itu. Diketahui bahwa sebuah kelompok Yahudi Ortodoks dilaporkan menggelar aksi protes terhadap keputusan Presiden Trump tersebut. Dikabrkan dari Sindonews.com (10/12), bahwa aksi protes itu digelar di kota New York. Kelompok Yahudi Ortodoks, yang menamani diri mereka sebagai “Neturei Karta” telah menggelar aksi protes mereka di depan markas besar PBB di New York. Dalam aksinya tersebut, mereka membawa sejumlah poster yang beriskan penolakan terhadap keputusan Trump terkait status Yarusalem itu.
Sebenarnya ini bukanlah aksi pertama yang dilakukan oleh kelompok tersebut, sebelumnya kelmpok itu juga telah memprotes Amerika dan Israel. Neturei Karta juga pernah bergabung dalam aksi menentang aksi militer Israel di Gaza beberapa waktu lalu.
Aksi penolakan juga terjadi di negara-negara Eropa, diketahui bahwa aksi demostrasi penolakan atas klaim Trump tersebut juga terjadi di Swiss, Jerman, Belanda, dan Swedia, di mana para pemrotes meneriakkan slogan solidaritas dengan Palestina dengan membawa bendera Palestina. Di Jenewa, Swiss, para demonstran tersebut berkumpul di depan kantor PBB yang berada di pusat kota Swiss untuk menolak keputusan Presiden AS itu. Demonstran meneriakkan slogan-slogan yang menentang penjajahan Israel atas Palestina dan keputusan Trump di Yerusalem. Mereka juga membawa spanduk bertuliskan “Bebaskan Palestina, Akhiri Pendudukan Israel”.
Tak terkeculai dengan yang terjadi di ibukota Swedia, Stockholm, lebih dari 2.000 orang demonstran yang ditemani oleh Uni Demokrat Turki-Eropa (UETD), serta beberapa kelompok lokal berbaris di depan Kedutaan Besar AS di sana. Di sana mereka meneriakkan slogan “Freedom to Palestine”. Salah satu peserta demonstrasi, Dror Feiler, seorang aktivis Swedia keturunan Yahudi, menyatakan mengutuk keras langkah yang diambil oleh Presiden Trump terkait status Yarusalem tersebut.
Hal senada juga dikumandangkan oleh Paus Fransiskus, ia menyampaikan keprihatinan mendalam mengenai langkah Presiden AS tersebut. Sementara negara sekuler Turki menyerukan pertemuan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk mengoordinasikan tanggapan terkait hal itu. Iran juga menyebut bahwa langkah tersebut salah, tidak sah, provokatif dan sangat berbahaya.
Para pemimpin di Indonesia dan Malaysia juga melakukan hal yang sama, yakini menolak langkah Trump tersebut. Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Najib bin Tun Haji Abdul Razak, turut menyampaikan keberatannya atas kliam Trump itu. Di negeri Jiran Malaysia, pendemo berkumpul di depan Kedubes AS di ibukota negara tersebut pada hari Jumat lalu, mereka meneriakkan slogan anti-AS, dan membakar patung Presiden AS, Donald Trump. Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, pada hari Kamis meminta umat Islam di seluruh dunia untuk menentang pengakuan Yerusalem sebagai ibukota negara zionis Israel tersebut.
Di negeri kita, ratusan pendemo berkumpul di dekat Kedubes AS di Jakarta, sebuah ibukota negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia. Salah seorang pendemo mengungkapkan kepada news.com.au (8/12), bahwa pihaknya ada di sini (Kedubes AS di Jakarta) atas nama keadilan dan kemanusiaan. Kami berkumpul untuk membela saudara dan saudari Palestina kami. Melihat situasi yang belum kondusif di Jakarta tersebut, Kedubes AS di sana menghentikan sementara layanan publiknya pada hari itu juga.
Kelompok lain seperti Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU) turut serta juga menggelar aksi protes menyampaikan aspirasi menolak pengakuan sepihak Presiden AS terkait Jerusalem sebagai Ibu Kota negera zionis itu. Mereka menggelar aksi juga di depan Kedutaan Besar (Kedubes) Amerika Serikat di Jakarta. Puti Hasni, selaku Ketua Umum IPPNU mengungkapkan bahwa keputusan Presiden AS, Donald Trump sangat berbahaya bagi stabilitas global, dan potensi bahayanya tidak hanya terbatas di kawasan Timur Tengah, namun juga di seluruh belahan dunia. Menurutnya, sebaiknya keputusan Presiden AS itu digugat ke sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk direspons lebih lanjut dampaknya, dan dapat dipertimbangkan dengan sangat untuk dibatalkan.
Ia juga menjabarkan bahwa NU sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia, bahkan di dunia, dapat berinisiasi mengirim surat resmi penolakan kepada PBB, serta menindaklanjuti sikap Donald Trump melalui berbagai saluran komunikasi global. demikian juga dengan Ketua Umum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Asep Irfan Mujahid, dirinya juga menyatakan sikap bahwa IPNU mendukung 100 persen sikap Pemerintah Republik Indonesia menolak pemindahan Ibu Kota Israel ke Jerusalem seperti yang disampaikan oleh Trump. Dalam orasinya, pimpinan IPNU itu mendorong Kemenlu RI melakukan tindakan-tindakan diplomatik, baik terkait hubungan bilateral dengan Amerika Serikat, maupun aksi-aksi multilateral dengan negara-negara yang menolak sikap Donald Trump, seperti Inggris, Perancis, Turki, Mesir, dan negara-negara lainnya. Ujarnya dikutip dari NU Online, sesuai arahan para kiai pada keputusan Muktamar NU ke-33 di Jombang, NU mendukung Palestina dan berada di belakangnya. Kami mendorong negara-negara anggota PBB untuk menolak memindahkan Kedutaan Besarnya ke Jerusalem.
Sementara itu di Bangladesh, sekitar 3.000 orang berkumpul di depan masjid utama Dhaka untuk melakukan aksi damai di sana. Di Kashmir–yang pemerintahannya dijalankan oleh India–sekelompok kecil masyarakat berdemo di Srinagar, ibu kota wilayah yang mayoritas penduduknya Muslim tersebut. Salah seorang demostran di sana mengungkapkan bahwa pihaknya mengutuk keputusan Trump yang idiot.
Dengan banyaknya penolakan tersebut semoga saja bisa membuat Presiden Amerika itu merubah pendiriaannya atas pernyataannya yang dianggap telah mencederai konsensus internasional terkait status Yarusalem. Jiak tidak, efek yang akan ditimbulkan akan besar, kekerasan akan menjalar bukan hanya di kawasan Timur Tengah, melainkan juga tidak menutup kemungkinan ke kawasan lain. Tentu saja komitmen AS dalam membangun perdamaian antara Israel-Palestina juga dipertanyakan. [MIS]