Perubahan sistemik akan senantiasa mendapatkan penentangan dari orang-orang yang ingin bertahan dalam status quo. Dahulu Rasulullah dan para sahabatnya mendapat perlawanan keras dari kafir Quraisy. Mereka (Quraisy) tidak rela jika bangunan sistem yang dibangun nenek moyang mereka digantikan dengan bangunan baru yang dibawa oleh Muhammad bin Abdillah hallallahu ‘alaihi wa sallam. Apa yang dialami Rasulullah tidak jauh berbeda dengan kaum muslim yang menuntut perubahan menuju Islam di zaman sekarang. Mereka mendapat penentangan dari para pemangku sistem, yakni Barat beserta kroni-kroninya. Para penyeru perubahan ini juga mendapat penentangan dari saudara mereka sesama muslim yang terjebak dalam status quo. Inilah yang menjadi salah satu faktor pembeda perjuangan dakwah Rasulullah dengan perjuangan zaman modern.
Ketika dakwah baru bermula, penentangan tak begitu terasa karena para pemuka Quraisy masih menganggap bahwa apa yang dilakukan Rasulullah belum menimbulkan ancaman bagi sistem. Mereka menganggap bahwa konten dakwah Rasulullah tak lebih dari perkataan rahib dan ahli hikmah. Ketika Rasulullah lewat di majelis Quraisy, mereka berujar “inilah putra Abdul Muthallib yang biasa membicarakan sesuatu dari langit”. Ibnu Ishaq menuturkan bahwa ketika Rasulullah menampakan Islam secara terbuka dan menyampaikan perintah Allah secara terang-terangan, orang-orang Quraisy belum memberi reaksi keras, hingga Rasulullah menyebut-nyebut tradisi bathil mereka seperti penyembahan berhala. Tidak lama setelah itu, Quraisy menyadari bahwa dakwah Rasulullah semakin mengancam. Para bangsawan dan kaum papa satu persatu bergabung dalam barisan Islam, Rasulullah mempersaudarakan mereka dan menghapus sekat bangsawan-budak. Semua manusia sama dihadapan Allah, yang membedakan adalah ketaqwaan, bukan harta dan klan. Rasulullah mengusik budaya dan peribadatan Quraisy, mengkritik cara berfikir mereka, mencela dan menganggap bodoh atas orang-orang yang menyembah berhala dan menyucikannya.
Quraisy semakin berang atas kelakuan Rasulullah, mereka berusaha membuat berbagai perlawanan berupa konspirasi dan penghasutan kepada masyarakat. Mereka mencoba membantah Rasulullah dengan argumentasi yang dangkal dan bodoh, menanyakan pertanyaan-pertanyaan nyeleneh seperti “mengapa engkau tak mampu memindahkan gunung, mengapa Jibril tak menampakan diri, mengapa tak mampu menghidupkan orang mati”, dan sebagainya. Tak hanya serangan lisan, Quraisy juga melakukan serangan fisik, meneror para sahabat dengan penyiksaan dan pembunuhan. Namun seluruh usaha Quraisy ini tak mampu sedikitpun menyurutkan perjuangan Rasulullah dan para sahabatnya. Barisan Islam justru semakin kuat, terus maju dengan mengacuhkan segala aral yang melintang.
Sama seperti Rasulullah, perjuangan dakwah Islam di zaman kini juga mendapat beragam rintangan. Para aktivis senantiasa dilabeli dengan berbagai sebutan ngawur. Para pemangku sistem juga melakukan berbagai upaya makar dan penghasutan dengan tujuan menakuti masyarakat agar tak mendukung dan bergabung dengan barisan dakwah. Bahkan di belahan dunia lain mereka dipenjarakan, dimiskinkan, dan dibunuhi. Berikut ini adalah serangan-serangan terhadap dakwah Rasulullah yang Insya Allah akan dialami pula oleh para pejuang perubahan di zaman sekarang:
1. Penganiayaan
Dalam sirah nabawiyah disebutkan bahwa Quraisy melakukan berbagai penganiayaan terhadap barisan dakwah Rasulullah. Keluarga Yasir adalah contoh betapa kejamnya penyiksaan yang dilakukan Quraisy, mereka membunuh kedua orang tua Yasir langsung didepan mata putranya dengan cara yang teramat sadis. Penyiksaan juga dialami oleh Bilal bin Rabah yang ditindih batu di tengah padang pasir yang terik lalu dicambuki. Penyiksaan demi penyiksaan ini dilakukan Quraisy dengan tujuan agar para pejuang dalam barisan Rasulullah ini berhenti dari dakwahnya.
Penyiksaan dengan motif yang sama juga dilakukan di masa sekarang. Betapa sering kita menyaksikan berita penyiksaan terhadap aktivis Islam di berbagai belahan dunia baik oleh negara agresor maupun oleh pemerintah setempat yang menjadi antek penjajah. Para aktivis ini dipenjarakan tanpa proses pengadilan dengan tuduhan yang mengada-ada, hanya karena mendakwahkan Islam sebagai selusi problematika kehidupan. Target dari penyiksaan ini adalah, pertama agar orang-orang yang disiksa ini menghentikan seruan dakwahnya, kedua menimbulkan ketakutan di tengah masyarakat agar tak melakukan hal yang sama dengan orang-orang yang mendapat siksaan tersebut.
Namun segala bentuk penyiksaan dan pemenjaraan itu malah membuat para aktivis semakin gencar dakwah alih-alih menghentikannya. Seringkali kita mendengar berita bahwa tahanan politik yang menyerukan dakwah Islam dipenjara terpisah dengan tahanan kejahatan lainnya, karena penjara justru menjadi media efektif penyebaran dakwah Islam. Hal ini sesuai dengan apa yang dicontohkan para sahabat dimana mereka tak mundur selangkah pun dari dakwah pasca menerima penyiksaan.
2. Propaganda
Quraisy melakukan berbagai upaya propaganda kepada dakwah Rasulullah baik di dalam mapun luar negeri. Mereka berupaya melabeli Rasulullah dengan sebutan yang buruk, meski argumentasinya dangkal dan bodoh. Ibnu Ishaq menceritakan bahwa orang-orang Quraisy pernah berkumpul pada suatu musim haji, dibawah arahan al-Walid bin Mughirah mereka mengadakan rapat untuk menentukan label negatif apa yang cocok bagi Rasulullah. salah seorang diantara mereka menyarankan untuk melabeli Muhammad sebagai seorang dukun, usulan tersebut ditolak oleh al-Walid dengan mengatakan “demi Allah itu isu konyol, sebab ucapannya bukanlah ucapan seorang dukun, tidak pula sajak-sajaknya”. Usulan terus bermunculan mulai dari sebutan orang gila, penyair, hingga tukang sihir. Pada akhirnya al-Walid berujar “jika kalian menyematkan julukan-julukan itu, maka mudak dismpulkan bahwa ucapan kalian adalah dusta. sebutan yang paling strategis baginya adalah penyihir. Ia membawa sihir yang dapat memisahkan seorang anak dengan ayahnya, seorang dengan saudaranya, suami dengan istri dan keluarganya”.
Hal-hal diatas terjadi pula di zaman sekarang. Musuh-musuh perjuangan senantiasa berusaha memberi label negatif kepada para pejuang kendati argumentasi mereka dalam memberi label itu dangkal dan bodoh. Tak asing di telinga kita sebutan Islam Fundamentalis, Radikal, garis keras, hingga sebutan yang marak baru-baru ini, Islam Arab. Semua sebutan itu didoktrinasi kepada masyarakat dengan tujuan memisahkan masyarakat dari dakwah, agar masyarakat tetap bertahan dalam status quo dan menolak perubahan. selain itu, mereka juga berupaya membuat sekat-sekat antar Umat Islam agar saling berpecah. Muncullah label-label semacam Islam Moderat, Islam Liberal, Islam Toleran, dan yang terbaru Islam Nusantara. Siapapun yang tak ikut barisan Islam Moderat, maka tergolong fundamentalis radikal, yang tak sepakat dengan pandangan mereka soal toleransi, maka masuk dalam golongan Islam garis keras. Mereka tak peduli lagi soal argumentasi logis, tak peduli bahwa pernyataan bodoh mereka tak sesuai dengan gelar tinggi yang diperoleh dari universitas bergengsi, yang penting bisa menghujamkan slogan busuk bagi dakwah.
3. Pemboikotan
Upaya penentangan selanjutnya adalah pemboikotan. Quraisy membuat peraturan tertulis kepada seluruh kaumnya untuk memboykot Bani Hasyim dan Bani Abdul Muthallib secara total. Mereka melarang masyarakat berkomunikasi, melangsungkan aktifitas ekonomi, dan jalinan pernikahan dengan kedua kabilah tersebut. Pemboikotan berjalan tiga tahun. Targetnya agar umat Islam meninggalkan Muhammad, serta Bani Hasyim dan Muthallib melepaskan perlindungannya dari Muhammad, hingga akhirnya Rasulullah tinggal sendiri dan tak lagi menjadi ancaman bagi Quraisy.
Kendati tidak semua daerah di dunia ini mengalami pemboikotan ekonomi total sebagaimana yang dialami Rasulullah, Bani Hasyim dan Muthallib. Pemboikotan di masa kini terjadi dalam bentuk lain, yakni upaya memisahkan para penyeru Islam Kaffah dari ummat. Penguasa sekarang dan kroninya tidak lagi melihat isi konten dakwah, mereka bersikukuh siapapun yang tak sesuai dengan pemerintah dan sistem, harus dijauhkan dari masyarakat, tak boleh berdakwah. Pernah terjadi di salah satu kota seorang Ustadz diusir dari forum dakwahnya karena ia terindikasi bertentangan dengan penguasa, padahal forum itu membahas persoalan cinta remaja. Hal semacam ini bukan sekali dua kali terjadi, para pendakwah dipersekusi dan dicegah dari ceramah atas arahan penguasa. Tujuannya sama seperti Quraisy, yakni agar ummat menjauh dari para pejuang, sehingga para pejuang ini tak lagi menjadi ancaman bagi status quo.
Makar apapun yang dilakukan musuh Islam, tak akan mampu menghentikan bola salju perubahan. Terbukti dari masa ke masa, Allah selalu punya skenario indah dibalik setiap kejadian. Pada akhirnya, kebenaran akan menang. Allah berfirman: “maka sesungguhnya golongan (pengikut) Allah pasti akan menang”.
A3