Persatuan Negara Islam?

Posted on

Isu Palestina dianggap oleh beberapa pihak merupakan salah satu isu yang dapat mempersatukan dunia Islam. Begitu pulang yang disebutkan oleh salah satu pengamat Timur Tengah dari Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES), yakini Smith Alhadar. Ia mengatakan resolusi yang dikeluarkan Majelis Umum PBB terkait status Yerusalem menunjukkan dunia Islam mulai bersatu. Pada sidang darurat yang diadakan pada 21 Desember lalu, sebanyak 128 negara memilih untuk mendukung resolusi yang dengan tegas menolak pengakuan sepihak Amerika Serikat (AS) yang menetapkan Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Di antara 128 negara tersebut yakini termasuk dengan negara-negara Teluk Arab, mulai dari Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi. Demikian dengan Mesir, yang selama ini dinilai oleh Smith yang mengesampingkan konflik Palestina dan Israel sebagai masalah utama di Timur Tengah. Smith kepada Republika.co.id, Sabtu (23/12) mengatakan, “Beberapa negara Teluk Arab pada awalnya ingin mengesampingkan masalah Palestina dan Israel, serta Yerusalem yang diakui keduanya”.

Meski begitu, Smith merasa yakin jika Dunia Islam saat ini sudah mulai bersatu jika melihat bagaimana posisi negara-negara tersebut, termasuk Mesir sebagai pihak yang sejak awal mendukung terciptanya resolusi di Majelis Umum PBB tersebut. Satu yang diperlukan adalah konsistensi mereka untuk tetap berdiri bersama Palestina, termasuk meyakinkan negara-negara lainnya yang mendukung resolusi tersebut. Ia juga berkata bahwa kita bisa lihat bagaimana posisi negara-negara Arab yang saat ini jelas berada bersama Palestina, secara langsung juga menunjukkan kepada masyarakat internasional bhwa dunia Islam bersatu.

Tools Broadcast WhatsApp

Sebelumnya diketahui bahwa sebanyak 128 negara mendukung resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang meminta Amerika Serikat untuk menarik keputusannya untuk mengakui Yerusalem sebagai ibukota Israel. Dikutip dari situs berita Reuters, hasil pemungutan suara pada sidang darurat Majelis Umum PBB yang diselenggarakan pada Kamis, 21 Desember lalu itu menunjukkan mayoritas dukungan pada resolusi PBB. Sedangkan sebanyak sembilan negara lainnya menentang, dan 35 negara memilih abstain dalam voting tersebut.

Juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yajini Nabil Abu Rdainah terlihat menyambut baik hasil pemungutan suara tersebut dan menyebutnya sebagai sebuah kemenangan bagi bangsa Palestina. Ia berujar bahwa, “Pemungutan suara adalah kemenangan bagi Palestina”. Namun begitu, pihaknya akan terus berjuang di organ PBB demi kemerdekaan Palestina dari penjajahan bangsa Israel. Ia menyatakan bahwa pihaknya akan melanjutkan usaha kami di PBB dan di semua forum internasional untuk mengakhiri pendudukan ini dan untuk membangun negara Palestina, dengan Yerusalem timur sebagai ibukotanya.

Sidang Majelis Umum PBB itu merupakan upaya lanjutan dari para penentang Trump terkait klaim sepihaknya yang menyatakan bahwa Yerusalem merupakan Ibu Kota Israel. Upaya sebelumnya di Dewan Keamanan PBB, pada Senin 18 Desember 2017, menemui jalan buntu. Hal itu disebabkan karena AS selaku salah satu dari lima anggota tetap DK PBB yang tentunya memiliki hak veto, yakini hak untuk membatalkan sebuah resolusi, menggunakan hak vetonya itu untuk menggagalkan resolusi Dewan Keamanan PBB yang digagas Mesir yang hendak menolak pengakuan AS atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Sebelumnya, Trump mengancam akan memotong bantuan keuangan ke negara-negara yang memberikan suara mendukung resolusi Majelis Umum PBB tersebut. Namun, ancamannya tak memberi dampak pada hasil di Majelis Umum PBB.

Bulatnya suara dunia muslim untuk membela Palestina merupakan isyarat persatuan di tenga-tengah negara muslim. Namun pada dasarnya persatuan itu hanyalah persatuan semu. Bagaimana tidak, negara-negara muslim itu hanya bersatu dikala isu Palestina mencuat, akan tetapi dalam isu lain, seperti isu yang lebih penting, yakini Suriah dan Yaman. Maka suara dunia muslim seakan terpecah-belah. Mereka berdiri di atas kepentingannya masing-masing. Negara-negara muslim itu tidak pernah peduli dengan yang namanya persatuan umat, mereka hanya peduli bagaimana supaya mereka yang sedang berada di pemerintahan tetap berkuasa di negeri muslim itu. Persatuan hanyalah omong kosong yang terus-menerus digaungkan oleh rezim-rezim yang tengah berkuasa di negara muslim.

Maka dari itu, kita sebagai umat Islam jangan mudah diperalat oleh rezim dengan slogan persatuan umat, pada dasarnya mereka sama sekali tidak peduli akan hal itu, yang mereka pedulikan hanya bagaimana supaya kekuasaan tetap di tangan kubu mereka. [MIS]

virol tools instagram