Umat Islam saat ini tengah mengalami keterpurukan yang begitu nyata. Kebodohan, penyesatan, penyiksaan, pemfitnahan, kelaparan, kemiskinan, bahkan pembunuhan secara masif terjadi di tengah-tengah populasi muslim di seluruh dunia. Saat ini dunia melihat negara-negara muslim dengan sebelah mata, mengingat cap negara miskin yang masih melekat kepada negara-negara tersebut hingga saat ini. Cap negara miskin itu bukanlah tanpa dasar, realitasnya memang menunjukan hal yang demikian. Banyak negara-negara muslim yang besar secara kuantitas penduduk namun kecil secara kulaitas sumber daya manusianya (SDM). Rendahnya SDM ini bukan hanya dilandasi oleh satu faktor saja, namun begitu banyak yang mempengaruhi hal tersebut, seperti rendahnya kulaitas pendidikan, carut-marutnya sistem pendidikan di negara-negara muslim, kondisi politik yang tidak stabil, perang, dan lain sebagainya.
Bangsa muslim saat ini seakan buih di tengah lautan, layaknya sabda Rasulullah SAW, yang berarti “Telah berkumpul umat-umat untuk menghadapi kalian, sebagaimana orang-orang yang makan berkumpul menghadapi piringnya’. Mereka berkata : Apakah pada saat itu kami sedikit wahai Rasulullah ? Beliau menjawab : ‘Tidak, pada saat itu kalian banyak, tetapi kalian seperti buih di lautan, dan Allah akan menghilangkan rasa takut dari dada-dada musuh kalian kepada kalian, dan Allah akan menimpakan pada hati kalian penyakit Al-Wahn’. Mereka berkata : Apakah penyakit Al-Wahn itu wahai Rasulullah?. Beliau menjawab :’Cinta dunia dan takut akan mati” (Hadits Shahih, diriwayatkan oleh Abu Daud (4297), Ahmad (5/287), dari hadits Tsaubah Radhiyallahu anhu, dan dishahihkan oleh Al-Albani dengan dua jalannya tersebut dalam As-Shahihah (958)). Kita secara kuantitas memang tidak sedikit, namun kulaitas sama sekali tidak berdaya. Kita saat ini tidak pernah unggul dalam bidang apa-apa, keculai hanya keburukan.
Padahal, muslim pada zaman dahulu memiliki peradaban yang begitu anggung. Mereka unggul dalam berbagai bidang, padahal di saat yang sama, peradaban Eropa yang saat ini tengah berkuasa masih dalam masa-masa jahiliyah atau kegelapan. Jangankan kemajuan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi), kemajuan dalam tatanan masyarkat saja belum bisa diwujudkan. Baru saat memasuki abad pertengahan, saat kekuasaan Gereja di Roma melemah, Eropa memasuki zaman percerahan.
Kemajuan yang pesat di dunia Barat membuat sebagaian bangsa muslim merasa silau. Mereka berusaha meniruh apa yang telah Eropa capai dengan cara memisahkan agama dari urusan duniawi. Maka di saat itulah dunia muslim mengalami kemunduran, saat di mana mereka menanggalkan jubah keisalamannya. Umat Islam saat ini juga banyak yang tidak percaya diri menggunakan identitas keislamannya, terlebih lagi fitnah keji yang mengatakan bahwa Islam adalah agama teroris semakin membuat umat Islam merasa terpojokan.
Di berbagai belahan dunia umat Islam sedang diombang-ambingkan oleh keadaan. Banyak di antara dari mereka yang mengalami penyiksaan dan pembantaian, bahkan yang lebih memilukan pembantaian tersebut dilakukan oleh pemimpinnya sendiri. Kita bisa lihat saat ini bagaimana yang terjadi terhadap saudara-saudara kita di Yaman, Somalia, Sudan, Afghanistan, Rohingya, Suriah dan lain sebagainya. Mereka tengah mengalami penderitaan yang sangat serius, mereka merupakan korban pemimpin-pemimpin dunia muslim yang gila dunia, yang mana menghambakan dirinya kepada Barat.
Dunia muslim dipecah-belah atas dasar semangat nasionalisme. Institusi yang seharusnya menjadi ordinat bagi wilayah-wilayah dunia muslim di seluruh dunia kinih telah musnah. Akhirnya masing-masing dunia muslim sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Pemimpin-pemimpin dunia muslim pun seakan tidak lagi menghiraukan penderitaan yang menimpah saudara-saudara di belahan bumi lain. Kalaupun mereka berkoar-koar mendukung atau bersimpati terhadap penderitaan bangsa muslim itu tidak lebih hanya dari manifestasi pencitraan kepada rakyat di negerinya. Padahal kalau mereka benar-benar bersimpati kepada penderitaan saudara mereka, seharusnya mereka membuktikannya dengan aksi-aksi yang konkret, baukan malah hanya aksi-aksi yang bersifat parsial saja.
Kejamnya Saudi
Arab Saudi misalnya, negara ini kerap kalai dipersepsikan sebagai pelindung dunia Islam. Bahkan lebih jauh, negara ini sering diasumsikan sebagai representasi dari wajah Islam. Negara itu sudah lebih dari 3 tahun telah melakukan serangan terhadap negeri saudar-saudaranya. Di bawah preteks mengembalikan pememrintahan yang sah dan perang terhadap kelompok siyah, negara itu seakan dengan leluasa membantai muslim di Yaman. Bukan hanya melakukan pembantaian secara langsung dengan operasi serangan udaranya, namun juga menciptakan neraka yang akan membunuh muslim Yaman secara perlahan, yakni lewat kelaparan dan wabah penyakit. Kelaparan diciptakan oleh Saudi dengan memblokade berbagai pelabuhan untuk masuk ke wilayah Yaman sehingga mengakibatkan bantuan yang hendak menjangkau penduduk Yaman sulit masuk. Padahal dalam kondisi perang tengah berkecamuk, kedatangan bantaun baik dalam bentuk makanan maupun sandang dan obat-obatan sangatlah dibutuhkan.
Selain melakukan pembantaian secara perlahan melalui blokade militer, Saudi juga memiliki andil dalam merangsang merebaknya wabah penyakit kolera yang menimpah sebagaian rakyat Yaman. Serangan udara yang membabi-buta dengan tanpa mengindaakan hukum perang internasional, membuat objek-objek vital yang seharusnya dilarang untuk diserang justru menjadi target empuk untuk pesawat tempur Saudi. Pesawat-pesawat tempur Saudi menyasar rumah sakit, fasilitas kesehatan, sanitasi, sumber air, dan pipa-pipa air bersih hingga mengakibatkan kesulitan air bersih menimpah warga di sana. Efeknya kondisi kebersihan warga Yaman di sana tidak bisa terjaga. Di lingkungan seperti itu tentu saja mengakibatkan mudah berkembangnya berbagai penyakit, termasuk kolera. Wabah kolera ini diperparah dengan rusaknya sebagaian fasilitas kesehatan di sana ulah serangan udara pesawat tempur Saudi. Rusaknya fasilitas kesehatan membuat penaganan penderita kolera tidak maksimal, bahkan lebih parah sebagian besar dari mereka tidak bisa mendapatkan penganan yang memadai. Padahal kita tahu bahwa penyebaran penyakit kolera begitu cepat.
Kondisi ini juga diperparah dengan blokade yang telah disebutkan sebelumnya. Imbas dari blokade tersebut bukan hanya kelaparan tapi juga meluasnya wabah kolera ini. Megapa demikian? Pasokan obat-obatan yang seharusnya bisa menjangkau penduduk Yaman, akhirnya terpaksa tertahan disebabkan blokade tersebut. Karena pasokan obat-obatan tertahan, maka kolera yang menjangkit warga Yaman tidak tertangani dan imbasanya meluasnya wabah tersebut yang berujung pada kematian sebagian dari mereka yang tidak tertolong.
Hal ini tentu saja menyayat hati kita sebagai sesama muslim. Saudi yang seharusnya berperan sebagai penjaga umat Islam di seluruh dunia justru tengah sibuk dengan urusan proyek pembantaian saudara muslimnya di Yaman. Bukan hanya Arab Saudi, beberapa negara muslim lain pun ikut bergabung di bawah bendera Liga Arab. Sungguh pemandangan yang begitu miris, padahal di saat yang bersamaan penduduk Palestina dan Rohingya tengah dibantai, namun saudara-saudaranya yang memiliki kuasa dan kekuatan justru tengah sibuk membantai saudara sesama muslimnya. Sungguh benar sabda Rasulullah bahwa umat ini tengah diombang-ambingkan layaknya buih di tengah lautan yang bergelombang. Semoga Allah SWT akan selalu menjaga umat ini dari kehancuran.
Muhammad Iskandar Syah