“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” [QS. Ali Imron: 140]
Pada tulisan sebelumnya (AWAKENING THE GIANT I) penulis telah menjabarkan tentang bagiaman Islam pernah jaya dan kelebihannya dibandingkan imperium lain. Di dalam tulisan tersebut juga penulis menunjukan fakta bahwa saat ini umat Islam tengah dalam keadaan terpuruk dan tertindas. Islam layaknya sebuah raksas yang tengah tertidur dengan sangat lelap, maka dibutuhkan usaha supaya sang raksas ini bisa kembali bangun dan akhirnya dapat memberikan kesejahteraan bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia. Oleh karena itu, tulisan ringkas ini merupakan lanjutan tentang bagimana membangkitkan peradaban yang digdaya yang senantiasa menggaungkan penyembahan kepada Allah SWT sang tuhan yang esa.
Kebangkitan Islam
Bagaimana sesungguhnya Islam ini dibangkitkan? Sang raksas yang senantiasa menebarkan kebaikan dan kemaselahatan tersebut saat ini harus bangkit. Di tengah-tengah ketidakadilan dan kedzoliman yang menimpa umat Islam di muka bumi ini, sang raksas begitu dibutuhkan. Raksasa ini yang nantinya akan membantu umat Islam keluar dari penindasan dan kesewenang-wenangan para penguasa yang dzolim. Sebenarnya sudah banyak kelompok-kelompok yang berkonsentrasi pada usaha untuk membangunkan Islam, kelompok-kelompok tersebut seperti, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Rabithah Alam Islami, Jama’ah Tabligh, Jama’ah Muslimin Hizbullah, Negara Islam Indonesia (NII), dan masih banyak lagi. Terlepas dari perdebatan yang berkembang mengenai kelompok-kelompok tersebut, patut kita tanyakan apakah metode yang mereka gunakan dalam membangkitkan Islam sudah efektif. Karena memang sampai detik ini kita lihat realitasnya bahwa kebangkitan Islam belum juga bisa terejahwantakan menjadi sebuah kenyataan.
Sayyid Ahmad Khan, seorang tokoh pembeharu Islam dari India menganggap bahwa teknologi modern merupakan satu-satunya cara yang bisa mengangkat umat Islam dari keterbelakangan dan ketertindasan. Dalam hal ini, menurutnya tidak bisa tidak, umat Islam harus bekerja sama dengan pemerintah Inggris (saat India dijajah oleh Inggris). Di tahun 1878, Khan mendirikan sekolah model Inggris bernama Muhammadan Anglo Oriental College (MAOC) yang pengelolaannya banyak melibatkan orang Inggris, bahkan termasuk direkturnya. Namun apakah dengan teknologi Islam bisa dibangkitkan? Faktanya hingga saat ini, sang raksasa masih saja tertidur dengan lelapnya.
Sebagian umat Islam lain menganggap bahwa sang raksas Islam bisa dibangkitkan dengan cara penguasaan ekonomi. Karena menurut mereka ekonomi merupakan tonggak penggerak dari berbagai derap peradaban. Namun apakah ekonomi benar-benar merupakan katalisator kebangkita Islam? Hal ini mengingat sacara sistemik sistem perekonomian saat ini jelas-jelas menguntungkan peradaban Barat karena Barat yang menciptakan aturan-aturannya supaya bisa menguntungkan pihaknya. Institusi-institusi internasional didisain untuk menjegal umat Islam agar tidak bisa menguasai ekonomi.
Sekulerisme dan Wajah Peradaban Barat Bukan Solusi Kebangkitan Islam
Barat dengan wajah bersimpati terhadap umat Islam juga mengajukan sebuah tawaran solusi kemajuan bagi Islam, yakini sekulerisme dan pengadopsian prinsip-prinsip Barat dalam kehidupan umat Islam di dunia. Tawaran Barat tersebut jika sampai diadopsi oleh umat Islam sunggulah sangat tidak masuk akal, ya begitu tidak masuk akal. Sejatinya bagimana bisa sebuah peradaban bisa kembali jaya jika yang digunakan untuk membangkitkannya adalah nilai atau prinsip-prinsip dari peradaban lain. Hal ini sama saja bagaikan sebuah aksi bunuh diri, yakini membunuh peradaban Islam secara perlahan umat Islam sendiri meninggalkan prinsip-prinsip Islam dalam kehidupan kesehariannya. Oleh karena itu, sudah jelas bahwasahnya usulan Barat tersebut tak lebih dari sebuah siasat untuk tetap meninabobokan sang raksasa Islam dari tidur panjangnya, atau lebih parah membunuhnya secara perlahan dengan cara membuat para penganutnya untuk meninggalkan prinsip-prinsip Islam dalam kehidupannya.
Menurut Ustadz Rahmat S. Labib, selaku Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Terdapat 3 perkara yang menjadi alasan penting terjadinya kebangkitan Islam. Pertama adalah umat Islam harus berani melepaskan secara total atas ketergantungan terhadap dominasi kekuatan Barat. Keduanya, bersunya Ahlus Sunnah Wal Jamaah dan ketiga, berjuang menegakkan Khilafah Islamiyah. Tentu saja Ust. Labib terpengaruh oleh penderi organisasi Hizbut Tahrir, Taqiyudi an Nabhani. Menurutnya untuk membangkitkan umat Islam satu-satunya cara ialah bangkitkan pemikirannya, bangkitkan ide-ide Islam di tengah-tengah kehidupan muslim di seluruh dunia. Saat ini umat Islam terpuruk dikarenakan umatnya tidak menginternalisasi prinsip-prinsip Islam dalam keseharian hidupnya. Hal ini juga merupakan efek dari tidak diterapkannya hukum-hukum Allah di tengah-tengah komunitas Islam.
Metode yang diajukan oleh Syaikh Taqiyudi untuk membangkitkan Islam sangatlah masuk akal, mengingat fakta bahwa keterpurukan peradaban Islam dimulai tatkala umat Islam meninggalkan aturan dan prinsip-prinsip hidup dari Islam. Hal ini disebabkan karena banyak dari umat Islam yang silau melihat kejayaan peradaban Eropa. Eropa yang dulu selama retusan tahun mengalami keterbelakangan, namun tatkala meninggalkan agama peradaban ini begitu pesat perkembangannya. Hal inilah yang akhirnya dicontek oleh sebagian umat Islam karena menganggap bahwa kejayaan akan bisa dicapai dengan cara Eropa mencapai kejayaanya. Padahal hal ini sudah sangat jelas salah kaprah, Eropa bisa bangkit dengan meninggalkan agama dan meletakannya di gudang peradaban disebabkan karena institusi agama dan pemerintahan yang mereka empan kalai itu benar-benar mengekang perkembangan sains dan teknologi. Hal ini berbeda dengan apa yang terjadi di peradaban Islam, umat Islam justru mengalami kejayaan tatkala mereka menggunakan Al Quran dan as Sunnah sebagai landasan berbagai hal dalam hidup mereka, mulai dari yang paling dasar yakini landasan berfikir, hingga hal-hal yang bersifat kompleks, seperti hukum, ekonomi, pergaulan, hingga politik dan pemerintahan.
Islam Bangkit Dengan Pemikirannya Sendiri
Dulu Islam datang dari ketiadaan dan ketidakberdayaan bangsa Arab, namun karena umat Islam pada masa itu mengadopsi pemikiran-pemikiran Islam dan menerapkan hukum-hukum yang bersifat Islami, maka kemajuan dan perkembangan dalam segala bidang kehidupan bukanlah sebuah impian. Masyarakat Islami kalai itu berhasil membuktikan kepada dunia bahwa Islam adalah peradaban yang besar, kebangkitan bukan distimulus dengan hal-hal yang bersifat materil, namun jauh lebih penting kebangkitan pemikiran umat adalah kunci dari kebangkitan yang sesungguhnya.
Sejarah telah membuktikan hal tersebut, bahwa tatkala umat Islam mengadopsi pemikiran-pemikiran Islam yang tentu saja akan terefleksi dalam tatanan kehidupan yang Islami, hal ini akan berdampak pada kebangkitan Islam yang hakiki. Kebangkitan yang bukan hanya bersifat temporak, namun harus menyeluruh dan permanen. Maka dari itu, dibutuhkan istitusi politik yang bis menjamin diterapkannya kehidupan yang Islami dan tentu saja institusi ini merupakan raksasa yang penulis maksudakan sejak awal tulisan-tulisan ini. Institusi ini akan dengan garang menantang peradaban Barat yang telah menentang hukum-hukum tuhan. Ada ataupun tanpa kita, kebangkita sang raksas tidak akan pernah bisa dibendung.
[Yopi Makdori]