Jepang, orang menengenalnya sebagai negara industri maju di mana mobilitas masyarakatnya dalam bekerja begitu tinggi. Negara yang dikenal sebagai Negeri Matahari Terbit ini juga merupakan salah satu negara dengan tingkat kejahatan terendah di dunia.
Namun begitu, negara ini juga merupakan salah satu negara yang banyak penduduknya agnostik atau atheis. Meskipun demikian, bukan berarti tidak ada muslim di Jepang.
Memang umat Islam di negara ini jauh lebih sedikit dibandingakan dengan yang berada di Indonesia. Namun keberadaanya mereka di sana cukup diakui oleh pemerintah Jepang.
Hal ini dibuktikan dengan pembentukan sebuah badan sertifikasi halal oleh suatu lembaga di Jepang. Bahkan seperti yang diberitakan oleh Tribunnews (31/07), badan sertifikasi halal tersebut begitu dipercaya oleh muslim dari Indonesia.
Sebuah komunitas Indonesia di Jepang, yakni yang bernama Indonesian Community in Japan (ICJ), membuat survei tentang sertifikasi halal yang diterbitkan di Jepang. Survei tersebut dijawab oleh 69 responden.53 orang di antaranya atau sebanyak 76,81 persen menjawab percaya akan sertifikat halal yang muncul dan
diterbitkan di Jepang, meskipun diterbitkan oleh perusahaan atau organisasi yang ada di Jepang.
Hanya satu orang yang menjawab tidak percaya, satu orang ragu-ragu, dan 5 orang menjawab percaya karena Jepang bisa dipercaya tak mungkin bohong.
Masjid Berjalan di Jepang
Di negara ini juga terdapat inovasi yang unik sebagai upaya untuk memudahkan umat Islam di sana dalam beribadah. Inovasi tersebut ialah keberadaan tempat ibadah umat Islam, alias masjid yang bisa berjalan.
Adalah Sebuah truk besar berwarna putih-biru yang menarik di luar stadion di Jepang. Ya, sebuah masjid yang pada dasarnya ialah mobil.
Masjid mobil pertama itu diresmikan pada awal pekan ini di luar Stadiun Toyota, tempat sepak bola J-League di kota Toyota, yang juga merupakan markas besar perusahaan mobil dengan nama Yasu Project.
Yasuharu Inoue, selaku CEO dari Yasu Project, mengatakan kemungkinan tidak akan ada cukup masjid bagi pengunjung Muslim di tahun 2020 yang mengkhawatirkan bagi negara yang menganggap dirinya bagian dari komunitas internasional. Masjid Mobilnya dapat melakukan perjalanan ke berbagai tempat Olimpiade sesuai kebutuhan.
Sebelumnya perlu diketahui bahwa negara itu akan menyelenggarakan Olimpiade pada 2020 nanti. Hadirnya Masjid yang bisa bergerak tersebut atau Masjid Mobil ialah langkah untuk mengakomodir para penonton olimpiade yang dari umat Islam.
Kepada Al Jazeera (26/07), Inoue mengatakan, “Ruang dalam masjid seluas 48 meter persegi yang sanggup menampung 50 jemaah,”. Selain di dalam masjid, jemaah bisa salat di luar tertutup atap truk. Masjid ini juga dilengkapi kran wudlu.
Saat peresmian masjid ini, beberapa murid sekolah asal Indonesia yang menjadi korban tsunami Aceh 2004 turut diundang.
“Masjid keliling ini sangat penting bagi umat muslim, termasuk warga Jepang atau wisatawan muslim yang berkunjung ke Jepang,” kata Nur Azizah, 14 tahun.
Diperkirakan sebanyak 100.000 hingga 200.000 Muslim tinggal di Jepang. Tatsuya Sakaguchi, seorang pelancong di Jepang, menyatakan harapan Masjid bergerak tersebut akan membantu membuka pikiran orang-orang di seluruh dunia.
“Melihat dari luar pada orang-orang di masjid, mereka terlihat sangat bahagia,” kata Sakaguchi, wakil direktur dari perusahaan ritel Osaka.
Inoue mengatakan inspirasi untuk proyek datang kepadanya dalam perjalanan ke Qatar empat tahun lalu. Awalnya, penyelenggara proyek berencana untuk menargetkan acara olahraga internasional baik di Jepang maupun di luar negeri.
Inoue mengatakan dia berharap proyek ini akan melakukan lebih dari sekadar mengisi celah dalam infrastruktur keagamaan. “Ke depan, saya akan sangat senang jika orang-orang dari Indonesia, Malaysia, Afrika, Timur Tengah dan, misalnya, pengungsi yang datang dari Suriah dapat menggunakan masjid sebagai alat untuk mempromosikan perdamaian dunia,” katanya yang dikutip dari Al Jazeera.
Sebuh Iovasi yang Bermanfaat
Hadirnya ide Masjid berjalan tersebut merupakan langkah maju bagi umat beragama dalam hal beribadah. Kedepannya negara-negara yang mana umat Islam minoritas bisa mencontoh langkah tersebut. Di mana umat Islam bisa dengan leluasa beribadah tanpa harus menempuh jarak yang begitu jauh karena masjid yang masih jarang di negara-negara yang muslimnya minoritas.