‘Jika engkau tidak malu, perbuatlah sesukamu’. (HR. Bukhari)
Liberalisme’ diartikan sebagai suatu etika sosial yang menganjurkan kebebasan dan kesetaraan secara umum.” – Coady, C. A. J. Dalam Distributive Justice, A Companion to Contemporary Political Philosophy. Liberalisme dalam sebuah pengertian dimana etika sosial yang berstandar pada kebebasan, dengan keinginan bebas yang sebebas-bebasnya namun pada faktanya didunia ini selalu ada aturan yang membatasi setiap perilaku manusia. Tak ada didunia ini yang bebas secara absolut. Amerika Serikat sebagai sebuah negara yang katanya menerapkan Liberalisme, di dalam negara mereka tetap ada yang namanya aturan, jadi sebenarnya di dunia ini tidak ada yang namanya kebebasan absolut. Karena secara fitrah manusia selalu membatasi dirinya dalam beberapa aktivitas sosial mereka, karena manusia sebagai zoon politicon dibatasi norama-norma baik norma agama, norma sosial dan norma lainnya.
Seolah ingin mengadopis dan tidak mau kalah kini beberapa dari kalangan intelektual muslim mengambil nilai-nilai barat yang danggap maju dan lebih beradab agar dapat diterapkan dan dapat diakulturasikan dengan nilai dasar Islam, dengan mengkaitkan dengan beberapa ayat dan hadits yang dianggap sesuai. Mereka mulai memasukan sedikit demi sedikit pemahaman-pemahaman barat kedalam Islam, sedikit-sedikit mulai mengkikis nilai dasar Islam yang dianggap sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman, dan bahkan lebih ekstrim lagi menganggap nilai dasar ini justru menyebabkan kemunduran dan kejumudan dalam Islam.
Kalangan ini sering menganggap dirinya sebagai kalangan Moderat atau Liberal, Islam moderat dalam masyarakat sekarang dipahami sebagai Islam yang menerima semua nilai, tidak radikal dan tidak ekstrim. Pandangan ini secara tidak langsung di refleksikan dari pandangan barat atas Islam, mereka (barat) memandang Islam moderat sebagai lawan Islam radikal, untuk mendeskripsikan mereka yang berpaham non-Islamis dan atau Slafis, seperti mereka yang reformis, sekuler, dan modernis. Barat menginginkan Islam yang sesuai arahan mereka dan sesuai dengan cara pandang mereka.
Bukannya memperbaiki dan memberikan solusi pada kemunduran Islam, justru pandangan ini malah menambah daftar panjang kemunduran ummat. Kalangan intelektual muslim yang seharusnya menjadi pembangkit dan problem solver malah kemudian ikut terjangkit virus liberal ini. Hal ini tentunya tidak terlepas dari banyakanya kalangan intelektul yang belajar Islam dari barat atau kita sebut dengan istilah oxydental . Tak semua yang belajar dibarat memang ter-barat kan namun kebanyakan dari mereka justru menjadikan Islam sesuai dengan pandangan barat dalam memandang Islam.
Barat menginginkan Islam dapat sesuai dengan kepentingan mereka, diberikanlah kesempatan kepada para intelektual untuk belajar Islam di barat. Barat inginkan ummat Islam
- Menafsirkan al-Qur’an sesuai dengan perkembangan zaman, sehingga Al-Qur’an dapat sesuai dengan zaman.
- Memperdebatkan hukum Islam yang qat’i yang dianggap sudah kuno dan tidak relevan
- Menafsirkan Al-Qur’an dengan metode hermeneutika. Hermeneutik mulai digunakan sebagai alat untuk memahami suatu teks suci diawal abad 17 dan 18 M. ketika pemikiran yang berkaitan dengan wacana bahasa, filsafat, dan keilmuan lain mulai berkembang pesat, hermeneutik pun mulai dilirik masyarakat eropa dalam memamahi kitab injil. Kemudian pada akhirnya hermeneutik mulai dilirik oleh cendekiawan muslim sebagai alat bantu untuk memahami kitab suci al-Qur’an. Hal ini membuat kalangan Intelektual Muslim menjadi terpengaruh cara penafsiran barat atas Al-Qur’an yang disamakan dengan injil, sehingga begitupun mereka akan memahami Islam sesuai dengan cara pandang barat dalam beragama. [1]
Usaha Barat Dalam Melemahkan Islam
Barat berusaha agar ummat Islam semakin dijauhkan dari Islam sedikit demi sedikit dengan mempertentangkan beberapa ayat dan hadits, bahkan barat menghalangi ummat Islam agar tidak bangkit lagi, semakin terbelakang, mereka inginkan ummat Islam menderita. Mereka menjegal setiap upaya membangkitkan ummat akan posisi sebagai ummat terbaik dan dijanjikan oleh Allah akan memimpin dunia dengan Islam yang mewujudkan kedamaian dan kemajuan. Musuh-musuh Islam telah mengetahui hal ini dan mereka menyadari betul bahwa Islam tak dapat dilemahkan selama Islam masih kuat dalam jiwa kaum Muslimin, dalam pemahaman dan penerapannya. Mereka berusaha menciptakan berbagai senjata pemikiran yang memperlemah pemahaman dan pemikiran kaum Muslim tehadap Islam dan penerapan terhadap hukum-hukumnya. Melalui antek barat dari kalangan Intelektual muslim yang sudah terbaratkan mereka menginfiltrasi kaum muslim dengan pemahaman Liberal ala barat.
Dari masa keruntuhan Islam dimana mereka telah berusaha melemahkan daulah Islam dimasa lalu, yang akhirnya mereka berhasil menjatuhkan Khilafah Utsmaniyah, akhirnya mereka terapkan keberhasilan mereka hingga saat ini. Sarana-sarana yang digunakan untuk melemahkan pemahaman Islam sangat banyak, diantaranya berkaitan dengan nash-nash Islam, bahasa yang digunakan, dan yang berkaitan dengan penuntasan fakta-fakta kehidupan. Sasaran yang mereka tuju adalah hadits-hadit Nabi Saw. Caranya dengan menyusupkan hadits-hadits palsu yang tidak pernah Rasul saw ucapkan. Akan tetapi, mereka menyusupkan dan memalsukan makna-makna yang tidak sesuai Islam serta pemahaman-pemahaman yang juga bertentangan dengan Islam, sehingga kaum Muslim mengambil dan mengamalkannya. Akibatnya mereka terjauhkan dari Islam. Mereka membuat kedustaan atas nama Rasul Saw. Dengan cara memalsukan hadits-hadits diantara hadits-hadits yang asli, lalu menyebarkannya di tengah-tengah manusia. [2]
Kemudian muncul perang pemikiran yang dilancarkan juga oleh barat terhadap Khilafah Utsmaniyah, yang man dari sini Islam mulai dihancurkan. Barat juga memberi khayalan dan gambaran semu atas kaum Muslim bahwa apa yang peradaban barat bawa berasal dari kaum Muslim. Mereka lalu mendatangkan sistem-sistem yang bertentangan dengan Islam. Barat juga memberi khayalan gambaran semu pada kaum Muslim bahwa sistem-sistem yang dibawanya sesuai dengan hukum Islam, lalu memberi mereka undang-undang yang bertentangan dengan hukum syara’, kemudian menjelaskan kepada mereka bahwa undang-undang itu tidak bertentangan dengan Islam. Hal ini membawa pengaruh besar terhadap kaum Muslim. Akibat lebih lanjut, menyebabkan peradaban barat mendominasi kaum Muslim.[3] Hal ini yang disebut dengan ghazwul fikr (perang pemikiran). Inilah salah satu sebab kejatuhan Khilafah Utsmaniyah yang paling besar, dan awal mula kejatuhan peradaban Islam, dominasi pemikiran barat telah mengubah banyak pemikiran dan pemahaman intelektual Muslim. Mereka mulai menyerang dan menghancurkan Islam dari dalam tubuh ummat Islam, hingga berhasil merusak jantung persatuan Islam yaitu Daulah Islam.
Barat telah berhasil menghancurkan Islam bukan hanya dari jantungnya namun akarnya. Hingga akhirnya ummat Islam semakin mundur, racun pemikiran barat yang mereka pahamkan terhadap kaum muslim khususnya kalangan intelektual semakin menjadi-jadi. Dengan keberhasilan ini barat akhirnya memiliki sebuah kekuatan untuk menghancurkan Islam, salah satunya adalah dengan menjadikan kaum Muslim liberal, moderat sesuai arahan barat, pemikiran meraka harus sesuai dengan arahan barat. Barat mecontohkan toleransi dengan makna kalian bisa mengikuti semua agama dan semua agama sama. Hingga akhirnya kaburlah semua pemikiran Islam dari dasarnya, kebanyakan dari para intelektual ini mempengaruhi kalangan masyarakat dan cenderung apatis terhadap kondisi ummat Islam, hingga sekarang mereka para intelektual yang katanya Muslim bangga ketika terlihat seperti barat, dan bahkan cenderung tidak bangga dengan identitas Muslimnya.
[Mulki Hakim]
[1]https://www.kompasiana.com/muhamad.zubair/hermeneutik-sebuah-alternatif-metode-penafsiran_5518902081331103699de84d, diakses pada 15/11/2017
[2] An-Nabhani, Taqiyuddin. 2012. Daulah Islam (terj.). hlm. 233
[3] Ibid, hlm. 235