Ilmu adalah sesuatu yang kasat mata dan tentu saja abstrak namun begitu berharga. Keberhargaannya bahkan melebihi nilai dari segala sesuatu di dunia ini. Pernyataan tersebut bukanlah sebuah kliam semata, coba kita renungkan bagaimana segala sesuatu di dunia ini bisa memudahkan kehidupan manusia dengan karena ilmu. Bagaimana bisa ada listrik, mobil bisa berjalan, ada telpon pintar, dan lain sebagainya. Hal tersebut tentu saja berkat perkembangan ilmu pengetahuan.
Namun jauh lebih penting dari itu, sang pemilik ilmu pengetahuanlah yang patut kita agungkan, bukan malah justru ilmu pengetahuannya. Ia adalah Allah SWT sang maha alim. Ilmu harus kita cari sepanjang hayat kita, sejak kita lahir hingga kita meninggal kelak tidak ada kata berhenti untuk mencari sebuah ilmu. Maka pada dasarnya, setiap manusia adalah seorang pencari ilmu di dunia ini.
al-Ghazali sang ulama sekaligus pemikir dalam dunia Islam pernah menulis sebuah kumpulan nasihat yang diperuntukan kepada muridnya. Nasihat-nasihat tersebut merupakan permintaan khusus sang murid sebagai bekalnya supaya sukses di dunia dan akhirat. Awalnya nasihat tersebut diberikan dalam bentuk lisan, akan tetapi sang murid menginginkan nasihat-nasihat itu bisa kekekalan dan bisa dinikmati oleh orang selain dirinya.
Imam al Ghazali akhirnya mengabulkan permintaan sang murid tersebut, Lewat sebuah karya yang berjudul Ayyuha al-Walad al-Muhib. Karya tersebut dikenal juga dengan sebutan Ar-Risalah al-Waladiyah dikarenakan banyaknya kata walad dalam risalah tersebut. Diantara nasehat al Ghazali kepada muridnya adalah sebagai berikut :
1. Pencari ilmu hendaklah senantiasa mengisi waktu dengan belajar dan beribadah kepada Allah SWT;
2. Seorang pencari ilmu hendaklah selalu mengamalkan ilmu yang diperoleh baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain supaya ilmu yang didapatkan bisa bermanfaat dan mendapatkan pahala dari Allah SWT;
3. Seorang pencari ilmu hendaklah selalu melakukan ibadah berdasarkan ilmunya supaya ibadah yang ia lakukan bisa diterima oleh Allah SWT;
4. Seorang pencari ilmu hendaklah memperbanyak bangun di tengah malam untuk belajar dan melakukan sholat tahajud dan juga ibadah lainnya;
5. Seorang pencari ilmu hendaklah setiap ucapan dan tindakannya harus sesuai dengan ketentuan syari’at Islam. Hal ini dikarenakan setiap ilmu dan amal yang tidak didasarkan kepada syariat hanya akan menghantarkan seseorang kepada kesesatan.
Selain itu, al Ghazali juga mengatakan bahwa seorang murid harus memiliki adab ataupun etika yang baik terhadap gurunya. Etika dan sikap yang baik ini dapat termanifestasikan dengan cara senantiasa memuliakan dan menghormati gurunya secara dzohir dan batin. Penghormatan secara dzohir seorang murid terhadap gurunya salah satunya bisa dilakukan dengan cara tidak menentang atau memprotes guru secara berlebihan ketika guru menjawab pertanyaan yang diajukan oleh murid. Selain itu, murid juga dituntut supaya untuk selalu menjalankan perintah guru yang baik secara maksimal sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan penghormatan secara batin, ialah adanya korespondensi antara kondisi dzohir dan batin seorang murid ketika menjalankan perintah dan nasehat sang guru.
Nasihat al Ghazali
Pada bagian akhir kitab tersebut, Imam al Ghazali memberikan delapan nasehat kepada para pencari ilmu seperti kita, yakini:
1. Seorang pencari ilmu hendaknya tidak mengajak orang lain untuk mendiskusikan persoalan yang sudah dimengerti dan dipahami dengan baik, karena hal tersebut akan bisa menimbulkan bahaya yang besar dan juga menimbulkan unsur riya, dengki, sombong dan permusuhan.
2. Seorang pencari ilmu hendaknya tidak menasehati dan mengingatkan orang lain sebelum dia sendiri bisa melakukannya, karena hal ini bisa menimbulkan bahaya yang besar.
3. Seorang pencari ilmu hendaknya tidak terlalu sering bergaul dengan para pemimpin ataupun penguasa.
4. Seorang pencari ilmu hendaknya tidak menerima pemberian ataupun hadiah dari para penguasa meskipun diketahui kehalalannya, karena hal ini akan menimbulkan sikap toma’ atau sikap berharap secara berlebihan.
5. Seorang pencari ilmu hendaknya harus selalu berinterkasi dengan Allah SWT atau dalam hal ini beribadah secara baik dan benar serta dengan cara-cara yang bisa mendapatkan ridlo Allah SWT.
6. Seorang pencari ilmu hendaknya memperlakukan orang lain dengan baik seperti halnya dia memperlakukan dirinya sendiri.
7. Seorang pencari ilmu hendaknya harus banyak membaca ilmu yang bisa memperbaiki hati dan mensucikan jiwanya.
8. Seorang pencari ilmu hendaknya tidak mengumpulkan harta dunia melebihi kadar kecukupan hidupnya selama setahun.
Hal yang penting untuk digarisbawahi dalam karya Imam al Ghazali tersebut ialah hendaknya seorang muslim memiliki iman dan amalan yang saleh serta kejernihan jiwa. Apa yang ditulisnya tersebut merupakan kasih sayang kepada dia kepada murid itu. Meskipun risalah tersebut pada awalnya ditujukan khusus untuk sang murid al Ghazali, namun isi dan kandungannya berlaku untuk semua muslim di dunia ini.
Baca Juga : Jabir Ibnu Hayyan Penemu Ilmu Kimia
Menurut al Ghazali, mereka yang sedang menuntut ilmu hendaknya perlu memahami untuk apa melakukan haltersebut. Jangan sampai mereka mencari ilmu namun dengan niat yang salah atau salah berniat. Langkah pertama dalam menuntut ilmu ialah niat yang baik. Niat yang baik tersebut akan mengantarkan seseorang kepada ilmu yang bermanfaat. Bukan ilmu yang sekadar memberikan pemahaman, tetapi akhirnya tidak berguna baik bagi dirinya maupun orang lain.
Menurut Imam al Ghazali, menuntut ilmu bukan hanya sekadar untuk menjadi pintar, dan bukan pula untuk meminggirkan orang lain. Namun lebih mulia dari itu, menuntut ilmu menurut pengarang karya monumental bertajuk Ihya’ Ulumiddin ini mengingatkan para pencari ilmu bahwa tatkala seseorang itu berilmu, maka dirinya memiliki beban tersendiri. Karena besarnya ilmu haruslah berbanding lurus dengan besarnya beban yang ia pikul. Maksudnya apa? Maksudanya ialah seseorang yang berilmu memiliki tanggungjawab yang besar untuk memperbaiki kerusakn-kerusakan yang terjadi di tengah-tengah umat. Deangan kata lain, Imam al Ghazali seakan ingin berkata bahwa, tak ada gunanya seseorang itu berilmu, jikakalau ilmu yang didapatnya justru mencelakai orang lain atau tidak memperbaiki kerusakan yang dialami umat.
Menurut Imam Ghazali, sungguh tidak ada gunanya jika ilmu yang didapat hanya digunakan untuk kemaksiatan dan keangkuhan. Sebab menurutnya, jika yang terjadi demikian, sesungguhnya orang-orang tersebut ialah mereka yang dimaksud dalam sebuah hadis berikut, Orang-orang yang berat menanggung siksa di hari kiamat adalah mereka yang berilmu, namun tidak mendapat manfaat dari ilmunya tersebut.
Demikianlah nasihat-nasihat yang sangat bermanfaat dari Imam Ghazali, semoga kita sebagai para pencari ilmu bisa mengaamalkan nasihat-nasihat tersebut. Dan yang terpenting, kita bisa bermanfaat bagi umat ini dengan ilmu yang telah kita dapat. Karena sebaik-baiknya orang adalah ia yang bermanfaat bagi sesamanya. Maka, merugilah mereka yang berilmu namun ilmunya hanya demi memenuhi kepentingan perutnya tanpa menghiraukan problematika umat saat ini. Semoga kita dihindarkan dari sikap tersebut. [MIS]