syariat Islam

Fanatisme Syariat

Posted on

Tak bisa dipungkiri bahwa zaman yang katanya “Modern” ini pastinya akan mengusung bahkan menyeret manusia untuk mengikutinya. Kalau dilihat-lihat, sebenarnya zaman tidak bersalah dan tidak bisa pula dipersalahkan sama sekali. Karena ibarat anak bayi yang hanya mengikuti sebuah proses, proses untuk tumbuh. Zaman sudah melakukan tugasnya dengan amat baik,yaitu berjalan bergandengan dengan waktu tanpa merubah ‘dirinya’.

Ummahat yang dirahmati Allah.. coba seksama kita pikir, ketika ada segelintir orang yang memuliakan syariat dalam artian melaksanakan apa yang ditetapkan oleh syariat. Misalnya poin ke-1 mengenakan jilbab, lalu dikritik “kan zaman sudah berubah, kenapa masih harus terpaku pada tata zaman dulu?” Atau mungkin “itukan adat orang arab zaman dulu,zaman metropolitan sekarang mah yang penting sopan aja udah”. Kata apa yang mendominasi dari contoh kritikan diatas? Tentunya zaman bukan?.

Tools Broadcast WhatsApp

Poin ke-2 misalkan wanita pakai kerudung Syar’i, terus dikritik lagi “zaman dulu dengan zaman sekarang mah beda neng, jangan kaku-kaku amatlah”. Lagi dan lagi siapa yang dibawa dalam hal ini? Tentunya zaman.

Pertanyaannya, kenapa zaman yang harus dikaitkan di sini?

Sebenarnya zaman tidak merubah ‘dirinya’ sama sekali,hanya saja raga-raga yang berjalan dan hidup dilingkup zaman lah yang berusaha untuk terus berkembang. Kalaupun raga-raga itu berkembang,zaman juga tidak akan ikut berkembang dengan merubah ‘dirinya’.
Fakta nyata saat ini bisa dilihat dan dirasakan,entah mungkin itu orang lain yang menjadi ‘pelaku’ atau bahkan kita sendiri yang melakoni nya.

Dalam Syariat, ia tidak akan mengikuti zaman namun sebaliknya. Kenapa bisa begitu? Mari kita analisa bersama.

Pertama, jika syariat mengikuti zaman,maka syariat mau tidak mau harus mengalah menyerahkan diri kepada zaman atau lebih tepatnya kepada para pelaku zaman. Bagaimana tidak? Pelaku-pelaku zaman seiring berjalannya waktu akan memanipulasi hukum-hukum syariat. Terutama wanita, karena wanita dalam Islam dianggap sebagai tonggak peradaban. wanita sangat mudah diracuni baik dalam gaya hidup ataupun kewajiban nya kepada Agama. Contoh nya dalam hal menutup aurat, sudah jelas Syariat Islam mengatur bagaimana tata berpakaian yang baik..namun malah dibengkokkan oleh pelaku-pelaku itu, “asalkan tertutup ya gak apa apa, zaman sekarang harus modis sedikit dong”.

Begitulah kiranya fakta kecil saat ini. Pelaku-pelaku zaman itu tentunya bukan dari kalangan penggenggam syariat, lalu darimana? Tanpa berpikir pun anda bisa tau sendiri jawaban nya. Karena para pelaku itu tau pasti bahwa para penggenggam syariat memang sangat ‘fanatik’, sangat memikul dengan kokoh. Ketika diserang dengan berbagai taktik senjata, maka 100% para pelaku itu akan kalah telak. Terbukti dari peperangan yang terjadi dimasa silam ketika Islam mengalahkan pasukan-pasukan kafir, dan puncaknya ketika Muhammad Al-Fatih berhasil mengalahkan dan menaklukan Kota Konstantinopel dan berkuasa selama 13 abad lamanya. Lalu darimana para penggenggam syariat itu bisa dimanipulasi? Karena kecerdikan licik para pelaku itu, jelas mereka menyerang dari pemikiran-pemikiran yang sedikit demi sedikit bisa diperkeruh dari syariat tadi.

Lalu yang mengalah tentu syariat bukan? Bagaimana dengan zaman? Apakah ia bersalah? Tidak sama sekali. Zaman hanya menjadi saksi bisu nya saja dari ‘pertunjukan para wayang’ ini. Itulah kenapa alasannya syariat tidak bisa mengikuti zaman,karena dalam pandangan manusia zaman itu bisa berubah,sedangkan syariat tidak bisa dan tidak akan pernah berubah.

zaman mengikuti syariat
sarana prasarana lah yang berubah, aturan hidup tetap sama

Zaman Mengikuti Ketentuan Syariat Islam

Maka analisa kedua yaitu zaman mengikuti syariat lah yang sudah semestinya terjadi dan ahsan. Karena bagaimana pun cepat dan cekatan nya zaman berjalan,ia akan terus terikat dengan syariat. Karena pada dasarnya kedua hal ini memang tidak berubah sama sekali,hanya para penghuni zaman lah yang terus ‘memaksa’ diri untuk berubah tetapi dengan menjual nama zaman dan mengatakan “zaman telah berubah bung”.

Maka jika para penggenggam syariat yang dicap fanatik di era modern ini,yang dikatakan “udah,ngikuti zaman aja” atau “zaman udah berubah,kok masih mau aja terkurung dengan tradisi zaman dulu”. Itu salah besar dan bahkan kita bisa tertawa dengan argumen tersebut. Looh kok? Ya iya,karena pada dasarnya zaman tidak berubah, hanya ‘para pelakon’ nya saja yang bisa berubah. Dari bayi berubah menjadi tua,setelah itu akan lahir kembali bayi tapi akan berubah lagi menjadi tua. Sedangkan zaman? Tetap gitu gitu aja tuh.

Misalnya dikatakan tradisi zaman dulu oleh mereka adalah jilbab dan kerudung,bagi para peyakin Charles Darwin sang pencetus teori evolusi manusia dari waktu ke waktu tentu mereka akan mengatakan bahwa manusia berasal dari kera lalu berevolusi terus menerus hingga menjadi bentuk manusia sempurna sekarang ini. Kera… tentunya mudah untuk menjatuhkan argumen tentang jilbab dan kerudung sebagai tradisi zaman dulu. Gampang,yang dinamakan hewan tentu fitrahnya tidak memiliki pakaian walaupun sehelai benang. Jika zaman dulu manusia kera belum mengenal jilbab dan kerudung,maka ketika manusia sempurna zaman Now menggunakan jilbab dan kerudung yang serba tertutup berarti menandakan bahwa itu adalah wujud dari kemodernan manusia zaman kini. Bahkan jika manusia zaman kini mengenakan pakaian yang serba minim bisa dikatakan kuno,ketinggalan zaman,manusia zaman old,manusia rimba.

Dari yang awalnya tidak beradab tanpa pakaian menjadi terhormat. Siapakah yang membuat manusia menjadi terhormat? Yaitu Syariat yang diturunkan langsung oleh Allah melalui perantara penyampaian Nabi Muhammad SAW.

Lantas dari segimananya pandangan mereka hingga mengatakan “orang orang itu adalah Fanatisme Syariat” ??

Anehnya bukan hanya dari eksternal Islam saja yang mengatakan hal itu,bahkan orang orang internal Islam (yang beragama Islam) pun tak mau kalah.

Padahal mereka Islam dari lahir,Al-Qur’an pun mereka akui. Mungkin baca hanya sekedar baca,dengar hanya sekedar dengar. Kalau begitu kucing pun juga bisa. Umat ini terpuruk bukan karena hanya tidak tau,tapi juga karena tidak mau tau. Bahkan yang sudah tau pun menganggapnya suatu hal yang utopia.

Fanatik yang seperti apa yang ada dipikiran mereka sebenarnya?
Pikiran mereka hanya sudah diobok-obok oleh para ‘pelaku’ anti syariat. Hukum syariat pada dasarnya dari masa Rasulullah tidak ada ubahnya sama sekali,tidak ada yang berlebihan, tidak melewati kapasitas kemampuan manusia,tidak ada yang ‘lebay‘. Seperti yang sudah saya pelajari, bahwa Islam memang mengatur tapi bukan untuk mengekang.

ibmeliaazmi

virol tools instagram