Cahaya Islam di Mauritania

Posted on

Mauritania atau negara yang memiliki nama resmi Republik Islam Mauritania merupakan sebuah negara di wilayah Barat benua Afrika. Negara ini berbatasan dengan Aljazair, Mali, Senegal, dan Sahara Barat. Ribuan tahun yang lalu, negara ini memiliki tanah yang begitu subur dan menghijau. Bukti sejarah menujukkan bahwa suku Berber dan negro Mauritania hidup berdampingan sebelum keberadaan padang pasir menyebar menuju ke arah selatan. Di abad ke-3 dan 4 M, suku Berber bermigrasi ke arah selatan untuk menghindari perang di daerah utara. Mereka mengembara dengan menggunakan jasa transportasi unta, dan lama kelamaan mereka membentuk sebuah konfederasi yang disebut Sanhadja. Mereka juga berdagang dari daerah utara ke selatan–sekarang wilayah Timbuktu, Mali–emas, budak dan gading dan ditukar dengan garam (waktu itu garam merupakan alat barang berharga), tembaga dan pakaian. Rute perdagangan tersebut, akhirnya menjadi rute penyebaran Islam di wilayah Afrika Barat. Islam berkembang di Mauritania secara merata tatkala Bani Almoravids (al-Murabitun) menguasai Mauritania di abad ke-11 M. Bani ini berhasil menaklukkan Sudanese Kingdom dari Ghana, yang akhirnya menyebar sampai ke seluruh wilayah Afrika Utara. Dari sinilah akhirnya peradaban Islam berhasil menaklukkan Spanyol. Namun demikian, pada akhirnya Bani Almoravid berhasil ditaklukkan juga oleh Bani Hassan di abad ke-16 M.

Di era modern, negara ini pernah dijajah oleh Perancis. Mauritania mempunyai luas wilayah sekitar 1.030.700 km2, beriklim panas, kering dan tentu saja berdebu karena terletak di dekat gurun Sahara. Secara demografis Mauritania memiliki total jumlah penduduk sebesar 2.998.563 jiwa di tahun 2004 dan mencapai 4 juta lebih di tahun 2016 lalu. Negara ini 100% penduduknya beragama Islam, dengan angka pertumbuhan penduduk sekitar 2,91%. Angka kelaihiran di sana rata-rata sekita 41,79 dan angka kematian mencapai 12,74 per-1000. Etnis terbesar di sana tentu saja adalah Berber (white moor/Beydane dan black moor/Haratine) yang menduduki proporsi sebanyak 70%. Sedangkan selebihnya, yakini 30% terdiri dari suku Halpulaar (Fulani), Soninke dan Wolof. Mauritania menggunakan bahasa Arab Hassaniya sebagai bahasa nasionalnya, yaitu bahasa Arab dengan dengan campuran kata-kata Berber. Selain itu, bahasa Perancis dan bahasa lokal, seperti Pulaar, Soninke dan Wolof juga resmi digunakan untuk percakapan sehari-hari masyarakat Mauritania.

Tools Broadcast WhatsApp

Seperti yang kita tahu bahwa agama Islam merupakan agama yang dianut oleh seluruh penduduk Mauritania. Di sana, sejakBani Hasaniyah menguasai Mauritania di abad ke-16 M, baik suku bangsa Moor/Berber (putih dan hitam), Pulaar (Fulani) Soninke, Tukolor atau Wolof merupakan penganut Islam yang setia hingga sekarang. Penduduk Mauritania menganut madzhab Sunni, sedangkan aliran sufi yang dianut oleh sebagian masyarakat di sana merupakan sufi Qadiriyah.

Negara ini dikenal sangat kental sebagai Republik Islam. Ajaran Islam di sana diterapkan dalam segala aspek kehidupan, baik sosial, politik, budaya dan juga ekonomi. Maka tak heran jiak penduduk Mauritania tidak sudah merasa puas dengan Islam yang diterapkan oleh pemerintahnya di sana. Dalam Konstitusi negara tersebut yang telah di sahkan sejak 20 Juli 1991, ditegaskan bahwa ‘Mauritania adalah Republik Islam yang tak dapat diubah dan setiap penduduk Mauritania adalah Muslim, dan pegawai negeri di negara tersebut secara resmi harus beragama Islam.’. Selanjutnya, di dalam pasal 5 konstitusi tersebut dinyatakan bahwa ‘Islam adalah agama penduduk dan negara’. Maka hal tersebut menunjukkan bahwa Mauritania bukanlah sebuah negara sekuler.

Namun, sejak peristiwa 9/11 atau dibomnya New York pada tanggal 11 September 2001, pemerintah Mauritania tidak ingin dijadikan sasaran kemaranah negara-negara Barat, karena Mauritania adalah negara yang berlandaskan Islam. Akhirnya, seluruh kegiatan keagamaan di Mauritania di bawah pengawasan Kementerian Pengembangan dan Kebudayaan Islam Mauritania. Hal ini dilakukan oleh pemerintah Mauritania supaya mereka akan dengan mudah mengontrol aktivitas keagamaan di sana. Karena sebagai informasi, negara ini (Pemerintah Mauritania) memiliki kedekatan hubungan, baik dengan Amerika Serikat maupun Israel.

Hal tersebut dilakukan oleh pemerintah Mauritania yang dalam pemerintahannya menggunakan nilai Islam tak ingin dianggap sebagai negara Islam yang suka dengan kekerasan dan memusuhi negara atau agama lain–memusuhi AS dan Israel. Bila anggapan tersebut melekat di persepsi publik internasionl, tentu akan membahayakan pemerintah Mauritania sendiri. Pernyataan tersebut bukanlah sebuah asumsi, melinkan pernah disampaikan oleh Perdana Menteri Mauritania itu sendiri, yakini Sheikh Al Avia Ould Mohamed Khounala pada tanggal 18 Mei 2003 yang lalu.

Meski pemerintah melarang adanya upaya misionaris untuk menyebarkan paham agamanya di negara tersebut, namun secara umum hubungan antara komunitas Muslim dan masyarakat non-Muslim berjalan damai dan sangatlah harmonis. Pemerintah Mauritania menganggap Agama sebagai elemen penting persatuan nasional, mengingat keberagaman suku dan etnis di negeri tersebut.

Di itu, LSM agama dan sekuler diberikan pembebasan pajak oleh pemerintah. Pemerintah Mauritania tidak mewajibkan kelompok keagamaan mendaftar (resmi). Namun demikian, LSM lainnya, termasuk LSM kemanusian dan LSM yang berafiliasi dengan kelompok agama, haruslah mendaftar ke Kementerian Dalam Negeri Mauritania.

Negara ini juga cukup banyak menerima sumbangan dana dari Arab Saudi dan negara teluk lainnya. Sumbangan tersebut termanifestasi dalam bentuk sekolah-sekolah Islam dan Badan Pusat Amal di seluruh negeri itu. Namun, sebagian besar ditutup oleh pemerintah pada tahun 2003 lalu atas respon tragedi 9/11.

Anak-anak di sana juga menerima pelajaran agama. Pendidikan agama menjadi pelajaran wajib di bagi anak-anak di sana. Namun layaknya di Indonesia, jumlah jam belajar agama di sekolah umum sering kali lebih sedikit dibandingkan sekolah keagamaan. Begitupun dengan masjid dan sekolah Al quran, biasanya didanai secara pribadi oleh kelompok Muslim atau melalui donatur lainnya, seperti di negara kita. Namun, imam Masjid Central di ibu kota Nouakchott mendapatkan gaji yang disediakan oleh pemerintah Mauritania. [MIS]

virol tools instagram