Di tengah penyebaran hoaks yang begitu massif. Entah di lakukan oleh sekelompok orang maupun para pihak yang berkuasa demi melanggengkan kekuasaannya, Buletin Kaffah menunjukkan hal yang sebaliknya.
Buletin yang terbit setiap minggu pada hari Jumat ini menyajikan informasi yang akurat dan kaya akan data. Kita lihat bagaimana penyajian tulisan di dalam buletin tersebut juga begitu mudah untuk dipahami bagi mereka yang awam sekalipun.
Terlebih lagi, ulasan yang selalu kekinian membuat kita tidak ketinggalan informasi. Pasalnya, topik yang diusung dalam Buletin Kaffah selalu mengikuti isu yang sedang hangat di kalangan masyarakat Indonesia maupun dunia internasional.
Dan yang terpenting, Buletin Kaffah disajikan bagi setiap kalangan secara gratis. Kalian bisa mendapatkannya di beberapa masjid seluruh Indonesia, atau bahkan dari teman dan saudara kalian.
Lebih penting lagi yang membuat Buletin Kaffah begitu istimewa dan berbeda dibandingkan dengan buletin atau tulisan di platform lain adalah kekhasan sudut pandang yang digunakan dalam membedah suatu isu. Dengan analisis yang begitu tajam, Buletin Kaffah layak dipertimbangkan sebagai bahan bacaan yan akurat guna memahami sebuah isu secara komprehensif.
Buletin Kaffah selalu mengedepankan gaya kepenulisan dari sudut pandang Islam. Inilah sisi kekhasan yang jarang ditemui dalam buletin lainnya. Bukan hanya dalam membahas topik keislaman, Buletin Kaffah menggunakan pisau bedah Islam dalam melihat pelbagai problematika hidup manusia dan juga isu kekinian.
Di sini lah yang pada akhirnya membuat Buletin Kaffah berbeda dengan buletin lainnya.
Buletin Kaffah Memperkaya Khazanah Keilmuan
Bagi kita yang sibuk dengan pekerjaan mampu aktivitas di kampus atau sekolah, serta tidak sempat mengikuti isu yang bergulir di dalam negeri. Membaca Buletin Kaffah adalah solusi yang pas untuk memperkaya keilmuan kita.
Misalnya dalam salah satu edisi Buletin Kaffah tertanggal 7 Februari 2020 atau Edisi 127. Dalam edisi tersebut, Buletin Kaffah mengusung tajuk “Cara Islam Mengatasi Wabah Penyakit Menular”, judul tersebut dianggap aktual pada saat itu bahkan hingga sekarang.
Saat itu masyarakat dunia, termasuk di Indonesia sendang ramai digemparkan akan serangan wabah Covid-19 atau virus Corona dari Wuhan, China. Wabah yang mirip dengan SARS dan MERS itu menyebar ke beberapa negara, utamanya negara di sekitar China seperti Korea Selatan, Jepang dan Thailand.
Bukan main-main, wabah ini bahkan diperkirakan akan cukup memukul ekonomi dunia. China, sebagai negara tempat pertama munculnya virus Corona pun langsung melakukan langkah mitigasi penyebaran virus mematikan tersebut, yakni dengan mengarantina wilayah Wuhan atau lockdown.
Melihat permasalahan itu, Buletin Kaffah menyajikan pandang yang berimbang, ia berangkat dari realitas yang ada kemudian diimbangi dengan sikap kritis yang berdasar.
Semisal, dalam tulisan Buletin Kaffah Edisi 127 itu, penulis menunjukkan sikap kritisnya dengan menyebut bahwa Pemerintah Indonesia dipandang lamban untuk mencegah penyebaran wabah itu ke Indonesia.
Hal ini dilihat dari upaya evakuasi WNI yang ada di Wuhan oleh pemerintah baru dilakukan pasca virus itu sudah mewabah dan sudah adanya lockdown daerah tersebut.
Belum lagi, Buletin Kaffah menilai pemerintah menganggap remeh virus tersebut. Misalnya saja pernyataan dari Menteri Kesehatan Terawan yang menyebut bahwa virus itu bersifat swasirna yang bermakna virus tersebut visa hilang dengan sendirinya.
Bener Covid-19 bisa hilang dengan sendirinya namun bagi mereka yang memiliki imunitas tinggi. Sementara bagi mereka yang menginjak lansia, serta mengidap penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan lainnya bisa rentan. Pasalnya mereka tidak memiliki imunitas yang cukup untuk melawan virus dari dataran China itu.
Sikap kritis yang ditujukan Buletin Kaffah bukan tanpa alasan, selain faktor tadi, hal itu juga merujuk dari sikap yang ditujukan oleh negara-negara lain yang begitu mengantisipasi penyebaran wabah itu. Indonesia justru seringkali dijadikan bahan bercandaan ancaman Covid-19 oleh para pemangku kebijakan.
Lebih jauh, Buletin Kaffah pada saat itu melihat Pemerintah Indonesia sama sekali tak menghiraukan ancaman wabah itu. Mereka masih dengan pongahnya menerima masukannya para WNI China ke tanah air. Padahal banyak negara yang sudah melarang negara dikunjungi para wisatawan dari negeri tirai bambu itu. Menteri Parekraf Angela Tanoesoedibjo mengatakan, tahun lalu sebanyak kurang lebih 1,9 juta wisatawan dari Cina.
Meski begitu, hingga saat ini pihaknya masih dalam prosesbperhitungan berapa potensibdevisa jika wisatawan dari Cina berkurang. Padahal di media sosial banyak netizen meminta pemerintah untuk sementara menolak kedatangan warga Cina ke Indonesia karena khawatir penularan virus Corona.
Terawan bahkan menyebut orang Indonesia memiliki imunitas yang tidak berkat doa. Namun mitos orang Indonesia kebal Corona akhirnya terbantahkan, pada 2 Maret 2020 Pemerintah Indonesia secara resmi mengumumkan bahwa dua orang warga negara yang berada di dalam negeri positif terinfeksi Covid-19.
Angka tersebut terus berkembang, per tanggal 18 Maret 2020 angka resmi penderita Covid-19 di Indonesia mencapai 227 orang dengan jumlah meninggal dunia terhitung tinggi, yakni 19 jiwa.
Angka tersebut terhitung tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara yang lebih dulu terkena imbas wabah Covid-19 ini. Singapura misalnya, negara yang mempunyai pasien positif Covid-19 226 orang ini masih mempunyai 0 angka kematian. Begitupun dengan Thailand, negara Gajah Putih itu tercatat memiliki 177 kasus positif Covid-19 di negaranya, namun Thailand mempunyai kasus kematian warganya sebab virus Corona hanya seorang saja.
Kemudian disusul dengan Malaysia, dan Filipina yang masing-masing mempunyai kasus positif virus Corona 637 dan 187 sementara jumlah kematiannya mencapai dua dan 14 orang.
Pemerintah Tidak Siap Wabah Hadapi Corona
Buletin Kaffah bak telah memprediksi masa depan, ia dengan presisi memperkirakan bahwa pemerintah Indonesia kurang optimal, atau kalau tidak mau disebut tidak siapa untuk menghadapi wabah mematikan ini. Hal senada juga dilayangkan oleh lembaga think thank Australia, Lowy Institute. Menurutnya, Pemerintah Indonesia tidak siap dan kurang transparan dalam mengendalikan Covid-19 yang mulai merebak sejak awal Maret.
Salah satu peneliti sekaligus Direktur Program Asia Tenggara Lowy Institute, Benjamin Bland sebagaimana dikutip dari CNNIndonesia.com menilai, sebelum kasus virus corona terkonfirmasi, respons Indonesia melalui Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto sudah sangat mencemaskan.
“Respons awal sangat mengkhawatirkan dengan pernyataan menteri kesehatan yang kontroversial, Terawan Agus Putranto, menyarankan bahwa doa akan membantu Indonesia aman terhindar dari virus dan secara umum (pemerintah) gagal mengatasi sumber masalah,” ucap Bland dalam tulisan terbaru berjudul Indonesia: Covid-19 Crisis Reveals Cracks in Jokowi’s Ad Hoc Politics pada Selasa (17/3/2020).
Tulisan itu diterbitkan oleh The Interpreter, media Lowy Institute. Bland menganggap wabah corona memperlihatkan bahwa pemerintahan Jokowi minim berpikir strategis.
Bland juga menyoroti minimnya masyarakat yang dites Covid-19. Per Senin pekan ini, Indonesia baru melakukan tes Covid-19 terhadap 1.200 orang yang dianggapnya adalah jumlah kecil.
Padahal 227 kasus Covid-19 terkonfirmasi dengan total kematian 19 orang per Rabu (18/3/2020). Kasus positif corona itu juga sudah tersebar di sejumlah provinsi seperti Provinsi Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Sulawesi Utara.
Selain itu, pemerintah pusat dan daerah juga dianggap belum satu suara dalam penanganan corona seperti pembaruan jumlah pasien positif atau pun yang meninggal di berbagai daerah.
Bland menuturkan meski Jokowi telah membentuk tim respons cepat untuk mengatasi krisis dan menyatakan pemerintah pusat akan mengambil kendali penanganan corona, koordinasi antara Istana dan pemerintah daerah masih minim.
Ia juga melihat secara umum pemerintahan Jokowi tidak memiliki rencana yang jelas dan transparan dalam memerangi Covid-19.
“Jadi tidak heran jika banyak ilmuwan (dan warga negara biasa) khawatir akan penyebaran corona di Indonesia-yang memiliki populasi lebih dari 260 juta orang-lebih luas lagi. Tidak heran pula bahwa orang kaya Indonesia telah mendekam di Singapura sebelum negara itu membatasi mereka masuk pada Senin pekan ini,” kata Bland
Selain itu, Bland juga menyoroti bahwa banyak pemerintah daerah yang mulai mengandalkan diri sendiri karena “kehilangan kepercayaan” pada kemampuan Jokowi menangani wabah ini secara nasional.
Bland juga menganggap pemerintahan Jokowi tidak transparan terhadap perkembangan wabah corona di Indonesia kepada publik. Di awal kemunculan kasus corona di Indonesia, pemerintah enggan membuka data asal dan riwayat perjalanan pasien Covid-19.
Bland mengatakan bahkan Jokowi sendiri yang mengakui pemerintahannya “tidak membuka informasi terkait penyebaran wabah corona ke publik karena tidak mau memicu kepanikan”.
Menurut Bland, Jokowi yang sangat berfokus pada ekonomi, sangat khawatir dampak dari penanganan wabah corona terhadap pekerjaan dan bisnis di Indonesia.
Buletin Kaffah Hadirkan Solusi Islam
Di sinilah Buletin Kaffah menunjuk keunggulannya dibandingkan tulisan di buletin atau media lainnya. Buletin Kaffah menunjuk corak keislamannya yang khas. Ia menggali masalah guna meramunya untuk memerediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang bila suatu kebijakan itu terus dilakukan. Kemdudin menawarkan sudut pandang Islam untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Hal ini juga diaplikasikan dalam masalah Covid-19, di Buletin Kaffah Edisi 127 itu, penulis mengemukakan bahwa Islam selalu menunjukkan keunggulannya sebagai agama sekaligus seperangkat aturan yang lengkap. Islam mengatur semua hal dan memberikan solusi atas segenap persoalan manusia.
Islam telah lebih dulu dari masyarakat modern ide yang sekarang dikenal sebagai lockdown atau karantina wilayah guna mengatasi wabah penyakit menular. Dalam sejarah, wabah penyakit menular pernah terjadi pada masa Rasulullah saw. Wabah itu ialah kusta yang menular dan mematikan sebelum diketahui obatnya. Untuk mengat asi wabah tersebut, salah satu upaya Rasulullah SAW adalah menerapkan karantina atau isolasi terhadap penderita. Ketika itu Rasulullah SAW memerintahkan untuk tidak mendekat atau melihat para penderita kusta tersebut.
Rasulullah Muhammad SAW bahkan bersabda, yang artinya:
“Janganlah kalian terus-menerus melihat orang yang mengidap penyakit kusta.” (HR al-Bukhari). Dengan demikian, mengutip dari pandangan Buletin Kaffah itu metode karantina sudah diterapkan sejak zaman Rasulullah Muhammad SAW.
Lebih jauh, Buletin Kaffah menjelaskan bahwa untuk mencegah penyakit menular, Rasulallah SAW membangun sebuah tembok di sekitar daerah yang terjangkit wabah.
Peringatan kehati-hatian pada penyakit kusta, masih menurut Buletin Kaffah juga dikenal luas pada masa hidup Rasulullah SAW. Abu Hurairah ra. menuturkan bahwa Rasulullah bersabda, “Jauhilah orang yang terkena kusta, seperti kamu menjauhi singa.” (HR al-Bukhari). Selain itu, Buletin Kaffah juga menulis bahwa Rasulullah SAW juga pernah memperingatkan umatnya untuk jangan mendekati wilayah yang sedang terkena wabah. Begitu pun sebaliknya, jika sedang berada di tempat yang terkena wabah mereka dilarang untuk keluar dari tempat tersebut.
Nabi Muhammad SAW bersabda, yang artinya:
“Jika kalian mendengar wabah terjadi di su atu wilayah , janganlah kalian memasuki wilayah itu. Sebaliknya, jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal, janganlah kalian meninginggalkan tempat itu.” (HR al-Bukhari).
Tekankan Peran Sentral Kepemimpinan
Dalam Buletin Kaffah Edisi 127 itu juga dijelaskan bahwa Islam secara tegas telah mengingatkan kepada setiap orang untuk mempraktikkan gaya hidup sehat. Misalnya, diawali dengan makanan. Allah SWT
telah berfirman, yang artinya:
“Makanlah oleh kalian rezeki yang halal lagi baik yang telah Allah kar u niakan kepada kalian.” (TQS an-Nahl [16]: 114).
Selain makan-makanan yang baik, Buletin Kaffah edisi tersebut menyebutkan bahwa kita juga diperintahkan untuk tidak berlebih-lebihan. Apalagi sampai memakan-makanan yang sesungguhnya tak layak dimakan, seperti kelelawar. Allah SWT berfirman yang artinya, “Makan dan minumlah kalian, tetapi janganlah berlebih-lebihan. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” (TQS al-A’raf [7]:31).
Islam pun, masih menurut tulisan dalam Buletin Kaffah memerintahkan umatnya untuk senantiasa menjaga kebersihan diri maupun lingkungan sekitar. Untuk itulah Rasulullah SAW pun, misalnya, senang berwudhu, bersiwak, memakai wewangian, menggunting kuku dan membersihkan lingkungannya.
Namun demikian, menurut Buletin Kaffah penguasa pun mempunyai peran yang sentral untuk menjaga kesehatan warganya. Apalagi saat terjadi wabah penyakit menular. Tentu rakyat butuh perlindungan optimal dari penguasanya.
Tulisan dalam Buletin Kaffah itu menegaskan bahwa penguasa tidak boleh abai. Buletin Kaffah mencontohkan bahwa para penguasa pada masa lalu , seperti Rasulullah SAW dan Khalifah Umar bin al-Khaththab ra., sebagiman riwayat di atas, telah mencontohkan bagaimana seharusnya penguasa bertanggung jawab atas segala persoalan yang mendera rakyatnya, misalnya dalam menghadapi segenap warga dalam menghadapi wabah penyakit menular seperti ini.
Buletin Kaffah Kaya Ilmu
Dari sana kita bisa menyimpulkan bahwa betapa kayanya ilmu yang terkandung dalam selembar Buletin Kaffah itu. Buletin yang didominasi warna putih dengan corak warna jingga itu memang menyajikan informasi yang akurat tanpa menghilangkan kesan kekritisannya.
Nilai yang diusung selembar Buletin Kaffah adalah menyajikan informasi yang aktual dan akurat menggunakan Islam sebagai pisau bedahnya.
Inilah yang membuat Buletin Kaffah bukan hanya sarat akan ilmu tetapi juga sarat akan sudut pandang Islam yang kadangkala kerap ditinggalkan.
Oleh karenanya, bagi sahabat yang penasaran dengan beragam konten yang disajikan dalam Buletin Kaffah, sahabat bisa menemukan Buletin Kaffah di masjid sekitar kalian. Atau di teman-teman yang aktif sebagai pengurus masjid.
Atau jika sahabat menginginkan versi online dari Buletin Kaffah, sahabat bisa mengunduh Buletin Kaffah yang kaya akan ilmu itu di link di bawah ini:
Unduh Buletin Kaffah Lengkap Klik Sini