Negara ada diciptakan untuk memutus anarki dalam suatu populasi manusia di suatu bangsa. Negara hadir sebagai institusi tertinggi yang dibentuk untuk mengatur kehidupan manusia dalam ranah publik. Adanya konsepsi negara sendiri baru muncul di abad ketuju belas, tepatnya tahun 1948 saat dicetuskanya perjanjian Westphalia yang menandakan berakhirnya Kekaisaran Roma dan Perang Tiga puluh Tahun di Eropa.
Setelah Kekaisaran Roma runtuh, maka menyisahkan wilayah-wilayah kecil yang akhirnya menciptakan konsepsi negara atau “nation-state”. Konsepsi inilah yang akhirnya melahirkan paham nasionalisme. Paham inilah yang mendorong perang terbesar dalam sejarah manusia, yakini Perang Dunia I dan II. Kedua perang tersebut didorong oleh semangat ultranasionalis dari negara-negara di Eropa kala itu. Namun begitu, pasca Perang Dunia II, paham nasionalisme ini diekspor oleh negara-negara penjajah ke seluruh pelosok dunia, hingga puncaknya terbentuknya negara-negara baru yang berbasisikan pada konsepsi nation-state di bekas wilayah jajahan negara-negara Eropa.
Paham nasionalisme ini hingga saat ini masih mengakar begitu kuat di sebagain masayarakat, baik dalam masayarakat Dunia Pertama maupun Dunia Ketiga. Meskipun paham ini banyak mengalami tantangan, seperti tantangan terbesarnya dari globalisasi dan regionalisme, seperti yang dialami oleh negara-negara Eropa yang tegabung ke dalam regionlisme Uni Eropa. Lain halnya dengan negara-negara Dunia Ketiga, atau lebih sepaisifik lagi negara-negara yang sebagaian besar populiasinya terdiri dari masayarakat muslim. Negara-negara seperti ini–selanjutnya disebut “negara muslim”–mengalami tentangan dari kelompok Islam radikal yang kerap kali dipersepsikan sebagai “teroris”, padahal tidak semua yang radikal adalah teroris.
Nasionalisme sendiri merupakan cara bagi institusi pemerintahan modern (negara bangsa) untuk mengikat masayarakat di wilayah kekuasaanya. Paham ini terus-menerus ditengah-tengah masayrakat untuk menjaga kesatuan dan keutuhan suatu negara. Mengngat bahwa hanya inilah satu-satunya paham yang dirasa oleh para pemilik kekuasaan untuk meredam gejolak dalam masayarakat di suatu bangsa.
Nasionalisme juga kerap kali diterjemahkan secara sederhana sebagai cinta kepada tanah air, padahal cinta tanah air belum tentu menganut paham nasionalisme. Misalnya saja Nabi Muhammad SAW yang ia mencintai tanah tempat kelahiranya apakah kita bisa dengan serta-merta langsung mencap Nabi Muhammad seorang yang menganut paham nasionalisme? Tidak demikian bukan? Bagi mereka yang telah akut mengadopsi paham ini (radikal), mereka jadikan paham tersebut sebagai agama baru. Sesembahan mereka bukan lagi tuhan, melainkan negara. Mereka menganggap bahwa negara adalah satu-satunya yang mereka banggakan, bahkan kebanggaan tersebut mereka letakan di atas kebanggaan lain, misalnya agama asal mereka yang secara ritual masih mereka paraktekan.
Orang-orang seperti ini menganggap dirinya berpikiran bebas dan maju, tidak terikat dengan doktrin agama dan tidak taklid buta. Padahal relaitasnya, pengahambaan mereka terhadap negara tidak lebih dari taklid buta yang sudah terinternalisasi ke dalam pikiran mereka. Bahkan bagi orang-orang seperti ini yang beragama Islam akan lebih bangga terhadap bangsanya dibandingkan kepada agamanya. Padahal sudah jelas bahwa kebanggaan kita sebagai muslim kepada Islam haruslah di letakan di atas semua kebanggaan kita terhadap hal-hal lain.
Maka kita sebagai umat muslim yang taat dan senantiasa menapaki jalan yang diberikan kepad Rasulullah SAW sebagai Rasul terakhir di muaka bumi, sudah selayaknya bangga terhadap agama Islam, bahkan kebanggan ini haruslah lebih tinggi dari kebanggan tperhada bangsa. Memang benar bahwa kita boleh bangga terhadap tanah laihir kita, namun kebanggan tersebut jangan sampai di letakan di atas kebanggaan kita terhadap Islam. Semoga kita bagian dari orang-orang yang senantiasa diberikan petunjuk ke jalan yang diridahi oleh Allah SWT, dan semoga kita tidak menjadi golongan yang terjerumus dalam jurang agama baru yang disebut dengan nasionalisme yang kebanggan terhadap suku bangsa mereka letakan di atas kebanggannya terhadap Islam. [MIS]