Lailatul Qadar adalah malam yang sangat istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Malam ini merupakan salah satu malam terakhir dalam bulan Ramadan, di mana Allah SWT menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Lailatul Qadar dikenal sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan, yang berarti amal ibadah di malam ini bernilai lebih daripada ibadah yang dilakukan selama seribu bulan. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk berusaha menggapai malam yang penuh berkah ini.
Berikut kami lampirkan tulisan Ust Yuana Ryan Tresna terkait Menggapai Lailatul Qadar ini
Dalam sebuah hadits disebutkan,
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى، حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ، حَدَّثَنَا حُمَيْدٌ، حَدَّثَنَا أَنَسٌ، عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ، قَالَ: خَرَجَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِيُخْبِرَنَا بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ فَتَلَاحَى رَجُلَانِ مِنْ الْمُسْلِمِينَ فَقَالَ:
خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ الْقَدْرِ فَتَلَاحَى فُلَانٌ وَفُلَانٌ فَرُفِعَتْ وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ فَالْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ.
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Khalid bin Al Harits, telah menceritakan kepada kami Humaid, telah menceritakan kepada kami Anas, dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit, ia berkata: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar untuk memberitahukan kami tentang Lailatul Qadar. Tiba-tiba ada dua orang dari Kaum Muslimin yang saling berselisih. Akhirnya Beliau berkata:
“Aku datang untuk memberitahukan kalian tentang waktu terjadinya Lailatul Qadar namun fulan dan fulan saling berselisih sehingga kepastian waktunya diangkat (menjadi tidak diketahui). Namun semoga kejadian ini menjadi kebaikan buat kalian, maka carilah pada malam yang kesembilan, ketujuh dan kelima (pada sepuluh malam akhir dari Ramadhan) “. (HR. Bukhari 1883).
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا أَبُو سُهَيْلٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:
تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id, telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Abu Suhail, dari bapaknya, dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Carilah Lailatul Qadar pada malam yang ganjil dalam sepuluh malam yang akhir dari Ramadhan”. (HR. Bukhari no. 1878)
Dari dua hadis tadi dirasa cukup mewakili pengertian bahwa Lailatul Qadar terjadi pada sepuluh malam terakhir, khususnya pada malam ganjil bulan Ramadhan.
Saking mulianya Lailatul Qadar, diriwayatkan pula bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengencangkan sarungnya dan membangunkan keluarganya di sepuluh malam terakhir Ramadhan. Beliau tidak mau mendapatkan Lailatul Qadar sendirian. Beliau ingin juga agar malam tersebut didapati oleh keluarganya.
Salah satu hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar adalah agar kita bersungguh-sungguh mencarinya. Allah ingin melihat kesungguhan kita. Allah ingin mendengar isak tangis dan permohonan ampunan yang kita lantunkan kepada-Nya. Allah ingin kita mengemis ampunan dan maaf dari-Nya. Allah ingin melihat penghambaan kita yang sesungguhnya yang mungkin di hari-hari biasanya kita lupa dengan kesombongan dan segala kemewahan, kejumawaan, jabatan dan kedudukan kita.
Sekalipun kita tidak mendapatkan malam Lailatul Qadar, tapi Allah tetap akan memberi pahala yang berlimpah karena kesungguhan dan keikhlasan kita. Allah tidak akan menyia-nyiakan harapan, ikhtiar dan do’a kita.
Alangkah malangnya orang yang menyia-nyiakan kesempatan yang telah Allah berikan. Rugi sekali bagi mereka yang bermaksiat di bulan Ramadhan, terutama di 10 malam terakhir. Alih-alih mendapatkan Lailatul Qadar, justru memperoleh dosa berlipat karena tidak menghormati kesucian bulan Ramadhan. Wallahu A’lam. [Sumber: Pusat Kajian Hadis]